Inibaru.id – Hingga sekarang, ada banyak kuliner warisan dari Belanda yang bisa kita jumpai. Sebut saja kastengel, klappertaart, kroket, lapis legit, dan bergedel. Tapi, tahukah kamu bahwa Belanda juga mewarisi resep permen kopi yang bernama Hopjes.
Hopjes ini dibaca "hopye" ya, Millens. Permen ini berbentuk persegi dan berwarna cokelat. Rasanya adalah kombinasi dari kopi, karamel, dan susu. Teksturnya keras tapi bakal jadi lebih lunak saat sudah kamu kulum.
Dari Ketidaksengajaan
Lahirnya permen hopajes Diceritakan dalam buku berjudul Heerlijk Haags: of de Geschiendenis van het Haagsche Hopje yang dibuat oleh Timo Waarsenburg. Ceritanya ada seorang diplomat bernama Baron Hendrik Hop tinggal di Den Haag yang mencampur kopi, krim, dan gula lalu meninggalkannya semalaman di atas alat penghangat ruangan. Saat mengambilnya kembali, campuran ini sudah berubah menjadi permen.
Ketika Hop sudah nggak boleh minum kopi karena faktor kesehatan, dia pun terpikir kalau banyak orang yang mengalami nasib sepertinya tapi pengin mencicipi nikmatnya kopi. Dia kemudian meminta seorang pembuat roti yang tinggal di lantai bawah rumahnya bernama Theodorus van Haaren untuk memproduksi permen yang dia buat. Dengan adanya permen ini, banyak orang bisa menikmati kopi tanpa harus meminumnya.
Sejak saat itulah permen buatan Hop mulai dijual di pasaran. Awalnya, nggak ada jenama resmi dari permen tersebut. Tapi, orang Belanda mengenalnya dengan Haagsche Hopjes yang berarti permen buatan Hop dari Den Haag.
Permen Hopjes yang dikemas di dalam kaleng timah kemudian dibawa orang Belanda ke Hindia Belanda. Sempat populer, pamor permen ini kemudian meredup semenjak Indonesia merdeka. Tapi, sejumlah pabrik produsennya ternyata mampu bertahan hingga sekarang.
Permen Hopjes di Semarang
Di Semarang, Jawa Tengah kita bisa memperoleh permen hopjes produksi Mia Nada. Pabrik permen ini didirikan pada 1940 oleh Oen Djioe Nio, istri dari pemilik pabrik kopi legendaris Margo Redjo. Lokasinya di Kawasan Pecinan, Millens.
Sebenarnya, pabrik ini sempat tutup pada 1960-an. Tapi, keturunan Oen Djioe Nio, Inge, membukanya kembali pada 2007 usai menemukan resep permen peninggalan ibunya.
Ada tiga varian permen Hopjes yang diproduksi oleh Mia Nada, yaitu rasa orisinal atau kopi dengan kertas pembungkus hitam, rasa jahe dengan kertas pembungkus berwarna cokelat, dan rasa teh dengan kertas pembungkus berwarna merah.
Sebagian permen ini dijual secara daring. Tapi, kamu juga bisa membelinya di Toke Oen Semarang dalam takaran ons, bukan per kemasan.
Penasaran dengan permen yang umur resepnya sudah sangat tua dan sarat sejarah ini? Yuk, kita coba permen hopjes? (GNFI/IB09/E10)