BerandaKulinary
Kamis, 15 Jun 2022 18:03

Bubur Sengkolo, Simbol Kesungguhan dan Penguat Doa

Bubur sengkolo atau juga dikenal dengan nama bubur merah putih. (Instagram/Holy Catering)

Bubur sengkolo menjadi salah satu hidangan yang wajib disajikan pada acara syukuran. Bubur ini dijadikan simbol kesungguhan dan penguat doa.

Inibaru.id – Kalau kamu pergi ke acara syukuran, khususnya di daerah Jawa, pasti kamu bakal menemukan bubur sengkolo yang memiliki warna merah dan putih. Rasanya yang manis dan gurih, tentu saja sangat nikmat bila disantap selagi hangat.

Bubur sengkolo sering dijumpai dalam berbagai acara syukuran seperti selamatan, hajatan acara pernikahan, lahiran, syukuran Tahun Baru Islam, dan acara lainnya.

Bagi orang Jawa, doa saja nggak cukup. Butuh semacam penguat yang direpresentasikan ke dalam beberapa sajian, termasuk bubur sengkolo.

Keberadaan bubur sengkolo menjadi perlambang kesungguhan manusia untuk menguatkan doa yang dipanjatkan sehingga kemungkinan terkabulnya lebih besar.

Biasanya sih, bubur sengkolo ini disajikan dengan berbagai jenis makanan lainnya, seperti ayam ingkung atau tumpeng.

Bubur sengkolo menjadi salah satu hidangan yang ada di setiap acara syukuran di Jawa. (Instagram/Dhapoer Jawi Wetan)

Omong-omong ya, bubur sengkolo ini dibuat dari beras putih yang direbus dengan air santan dan diberi sedikit garam serta daun pandan agar wangi. Beras putih dimasak hingga teksturnya berubah menjadi bubur. Kalau untuk membuat bubur yang berwarna merah, biasanya sih diberi campuran gula merah untuk mendapatkan warnanya.

Kata sengkolo berasal dari kata morwakala yang berarti menghilangkan bala. Jadi orang Jawa percaya, bubur sengkolo diyakini sebagai penolak bala dan menghindarkan manusia dari kesialan.

Penyajian bubur sengkolo dalam acara syukuran tentu saja memiliki makna yang berbeda-beda. Misalnya, pada syukuran memperingati kelahiran seorang bayi, bubur sengkolo yang berwarna merah dan putih menjadi simbol kehidupan yang baru.

Menurut cerita, warna merah dalam bubur sengkolo menjadi perumpamaan indung telur, sementara bubur putih diibaratkan sebagai sperma. Artinya bubur ini diibaratkan orang tua yang dijadikan perantara seorang anak memulai kehidupannya di dunia.

O ya, selain itu bubur ini memiliki arti ungkapan doa dan berserah diri kepada Sang Pembuat Kehidupan. Bubur sengkolo diibaratkan sebagai perwujudan manusia yang terdiri dari tulang dan darah.

Bubur Sengkolo yang menjadi simbol kesungguhan doa, khususnya bagi orang Jawa. (Facebook/Gracia Merdeka)

Betewe, dalam acara syukuran, saudara dan tetangga berkumpul untuk mendoakan hal-hal baik bagi mereka yang punya hajat. Kemudian, bubur sengkolo ini bisa dinikmati sesudah dibacakan doa.

Terkadang bubur sengkolo juga dibagikan kepada saudara dan tetangga menggunakan wadah yang bermacam-macam seperti piring, mika plastik, sampai yang paling zadul; takir.

Kalau kamu, pernah mencicipi bubur sengkolo ini nggak, Millens? (Res, Mer, Vol/IB32/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024