Inibaru.id - Kita mungkin mengenal Thomas Karsten, salah seorang warga negara Belanda dan juga arsitek yang punya banyak jasa di Kota Semarang. Peninggalan bangunannya masih kokoh dan banyak dipakai sampai saat ini. Ternyata tokoh kolonial dengan jasa besar nggak hanya Karsten. Ada juga Hendrik Freerk Tillema atau yang lebih akrab disapa dengan Tillema.
Yang paling mencolok, Tillema punya bekas pabrik air mineral yang bangunannya masih berdiri sampai saat ini, yaitu Pabrik Hygeia. Buat kamu yang belum tahu jika berada di Pasar Ikan Jalan Agus Salim, tengoklah sedikit ke samping. Naikkan pandanganmu ke atas sebuah gedung dengan plakat berkarat “Pabrik Hygeia”.
Bagi orang Semarang Tillema punya banyak peran sosial. Pada 1910 silam, Tillema bahkan menjabat sebagai Gemeente Raad atau Dewan Kota praja Semarang. Saat di posisi ini, Tillema cukup dekat dengan pengelolaan air.
Kala itu Tillema menyuarakan ide soal kebersihan lingkungan. Dia mengusulkan pembangunan sarana air ledeng dari sumber mata air di Gunungpati, Semarang.
Pengamat sejarah Tjahjono Raharjo mengamini kalau Tillema punya jiwa sosial yang tinggi dan peduli dengan kesehatan warga Kota Semarang. Sebab Tillema juga punya latar belakang sebagai apoteker. Nah, karena hal itu juga dia membuat air minum kemasan.
Tjahyono juga menambahkan kalau selain membuat pabrik air mineral, Tillema juga membuat kumpulan foto-foto kondisi rumah di kampung-kampung Semarang. Saat itu, hampir semuanya kumuh dan nggak sehat.
“Hasil fotonya itu bermaksud agar pemerintah melakukan perbaikan pada kampung-kampung sehingga mendapat kehidupan yang layak,” tambah Tjahyono.
Yogi Fajri, sejarawan Semarang dalam tulisannya di Tirto.id menjabarkan juga bagaimana sosok ini dikenal berhati emas. Laki-laki kelahiran 1870 ini juga mengusulkan pembukaan kawasan pemukiman di daerah perbukitan di kawasan Candi Baru Semarang.
Dulu nama Tillema sempat diabadikan menjadi nama Tillema Plein sebagai taman untuk mengenang. Namun belakangan nama itu hilang dan berganti nama menjadi Taman Sudirman. Saat ini masyarakat lebih suka menyebut dengan Taman Gajahmungkur.
Ketika memasuki 1914, Tillema menjual pabrik Hygeia dan mendapat 500 gulden. Setelah itu dia berkeliling di Indonesia untuk memotret kehidupan masyarakat di nusantara. Dia kemudian kembali ke tanah airnya di Belanda dan meninggal di Bloemendal, Groningen.
Yang patut kamu tahu, Millens, bagi Tillema, Semarang mungkin begitu berarti. Sebab saat sampai Belanda dia membuat sebuah vila yang dia namai dengan “Semarang”. Duh, manis banget ya. (Audrian F/E05)