Inibaru.id - Nama Ratu Kalinyamat kini sejajar dengan pejuang emansipasi wanita R.A Kartini setelah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2023 oleh Presiden Joko Widodo.
Lantas seberapa jauh anak-anak muda mengenali sosok pahlawan yang hidup sekitar tahun 1549-1579 itu? Rupanya banyak kalangan generasi Z yang tidak begitu tahu siapa itu Ratu Kalinyamat.
Salah satu contohnya adalah Endang Rahayu. Mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini datang ke acara diskusi "Ratu Kalinyamat" yang diselenggarakan oleh Santrendelik beberapa waktu lalu dengan kepala "kosong". Dia mengaku menyambangi acara rutinan saban Kamis malam tersebut lantaran diajak oleh temannya.
"Jujur ya, saya tidak tahu sama sekali siapa Ratu Kalinyamat. Jadi ke sini pengin tahu kiprah dan perjuangan beliau di masa lalu setelah dikasih tahu teman saya," ucap perempuan berusia 24 tahun tersebut.
Sekadar informasi, Ratu Kalinyamat bernama asli Ratna Kencana, merupakan perintis antikolonialisme dari Kabupaten Jepara. Pada zamannya, dia seorang pemimpin kerajaan yang berusaha menjaga wilayah kemaritiman Nusantara dari bangsa asing.
Meski tak begitu mengenal, Endang sangat antusias dengan diskusi sejarah Ratu Kalinyamat tersebut. Sebab dirinya penasaran tentang sepak terjang Ratu Kalinyamat sehingga dinobatkan sebagai pahlawan.
"Secara umum perjuangan perempuan di Indonesia sebenarnya cukup banyak. Namun tidak banyak yang terekspos sampai hari ini. Sosok Ratu Kalinyamat tentu bisa jadi role model perempuan zaman sekarang," cetusnya.
Perlu Menggali Lebih Jauh
Sebagai warga Jepara yang turut hadir di acara diskusi malam itu, Hendra Setiawan mengaku lega setelah bukti-bukti empiris Ratu Kalinyamat bukan sekedar cerita rakyat berhasil dikumpulkan.
Sebelumnya lelaki yang akrab disapa Hendra itu sering kecewa ketika masyarakat Jepara tidak ada yang percaya soal kebenaran Ratu Kalinyamat. Sekarang ini Hendra bisa membantah hal-hal maupun citra negatif tentang Ratu Kalinyamat.
"Misalkan ketika Ratu Kalinyamat memutuskan topo wudo di Gunung Danaraja. Banyak orang yang mengartikan hal itu secara exotis. Tidak cari tahu ada apa sih di balik keputusan itu. Jadi masyarakat Jepara harus mengupas dan memandang ini secara detail," imbuh Hendra.
Ketika sebagian orang memandang negatif topo wudo alias bertapa tanpa busana yang pernah dilakukan Ratu Kalinyamat, Hendra justru melihatnya sebagai sesuatu yang patut diteladani anak muda dalam mengambil sebuah keputusan.
"Ratu Kalinyamat rela melepas segalanya untuk berpikir dengan jernih, bagaimana cara menyelesaikan masalah setelah suaminya terbunuh," kata Hendra. "Ini yang seharusnya digarisbawahi, seorang bangsawan mau melepas segala atribut kemewahannya".
Dianggap Lebih Besar dari RA Kartini
Warga Jepara lainnya M. Dafi Yusuf secara blak-blakkan menganggap sosok Ratu Kalinyamat lebih besar dari RA. Kartini. Terlepas dari itu, kedua tokoh perempuan tersebut memang memiliki peranan masing-masing di bidang yang berbeda.
Namun Dafi lebih terkesan dengan perjuangan Ratu Kalinyamat khususnya saat dia memimpin pasukan untuk memerangi Portugis di Malaka.
"Semuanya punya peranan masing-masing dan gelar pahlawan juga ada penilaiannya. R.A kartini berjasa di bidang pendidikan, Ratu Kalinyamat di bidang kepemimpinan maritim," ucap lelaki yang akrab disapa Dafi.
Dafi sangat menyayangkan kenapa Ratu Kalinyamat baru dinobatkan sebagai pahlawan sekarang. Padahal rekam jejaknya semasa memimpin Kerajaan Kalinyamat masih ada di Jepara.
"Seharusnya Ratu Kalinyamat itu dinobatkan sebagai pahlawan jauh sebelum zamannya R.A Kartini. Karena periode sejarahnya kan di belakang tokoh emansipasi wanita," tuturnya.
Mungkin sebelum diresmikan menjadi Pahlawan Nasional, nggak banyak anak muda yang kenal Ratu Kalinyamat. Tapi, bukan anak muda namanya kalau nggak kepo dan terus mencari tahu soal sosok yang sebelumnya belum mereka tahu. Nah, semoga mulai kini, semakin banyak generasi penerus bangsa yang semakin mengenal sejarah dan para tokohnya. (Fitroh Nurikhsan/E10)