BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 30 Mei 2023 08:00

Perjuangan Gus Tanto Ubah Stigma Buruk Kampung Perbalan: Sarangnya Preman di Semarang

Potret Gus Tanto di kediamannya, Ponpes Istighfar Tombo Ati. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Perjuangan Gus Tanto bergaul dengan preman dan mendirikan Ponpes Istighfar Tombo Ati berbuah manis. Dia berhasil mengurangi kejahatan di Kampung Perbalan, Purwosari, Semarang Utara, sebuah kampung di Semarang yang terkenal sebagai sarang preman.

Inibaru.id - KH. Muhammad Khuswanto ingat betul dulu anak-anak yang besar di Kampung Perbalan, Kecamatan Purwosari, Semarang Utara dulunya dicap sebagai preman. Citra buruk tersebut membuat anak-anak muda di Kampung Perbalan saat itu kesulitan mencari pekerjaan dan jodoh.

Dekade 1980-an, aksi tawuran, judi, mabuk-mabukan, pencurian, pelacuran dan masalah kriminal lainnya adalah pemandangan sehari-hari yang selalu tersaji di Kampung Perbalan. Jadi,nggak salah jika masyarakat Kota Semarang menyematkan pandangan buruk pada warga Perbalan.

"Saya pengin mengubah diskriminasi terhadap orang-orang yang tinggal di Kampung Perbalan. Saya akui, jangankan mobil, jemuran yang ditaruh di depan pasti hilang," ucap lelaki yang akrab disapa Gus Tanto saat mengingat masa lalu Kampung Perbalan.

Pengalaman Buruk

Gus Tanto sedang bertausiyah di acara akhirusannah Ponpes Istighfar Tombo Ati. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Dilahirkan di daerah yang dikenal sebagai salah satu sarang penyamun Kota Semarang membuat Gus Tanto nggak nyaman. Pasalnya ketika dia mengenyam bangku sekolah, guru dan teman-temannya banyak yang memandang sinis.

"Pas waktu perkenalan di sekolah suka ditanya guru. Nama kamu siapa? Asal dari mana? Pas saya jawab dari Perbalan, muka guru itu kelihatan nggak suka dan menganggap saya ini berandalan," kenang Gus Tanto.

Diskriminasi terhadap orang-orang Perbalan nggak hanya terjadi lingkungan pendidikan saja. Gus Tanto mengaku pernah dirundung anggota kepolisian ketika dirinya hendak membuat surat kelakuan baik untuk melamar pekerjaan.

"Untuk apa bikin surat kelakuan baik? Orang kamu preman. Nggak pantas!" kenang Gus Tanto.

"Itu baru omongan polisi. Beberapa kali interview kerja dan mereka tau saya dari Perbalan, saya nggak pernah dipanggil lagi. Kampung Perbalan seperti diblacklist."

Diperlakukan seperti itu membuat Gus Tanto resah. Dia nggak ingin generasi mendatang turut mewarisi citra buruk yang telah diperbuat orang tua terdahulu. Kemudian Gus Tanto memutuskan untuk menyadarkan orang-orang agar nggak berurusan dengan masalah kriminal.

Diakuinya, kejahatan nggak bisa diubah, tapi bisa dikurangi. Gus Tanto pun kemudian memutuskan untuk bergaul dengan kalangan preman. Misinya untuk menyadarkan mereka dengan pendekatan tanpa mendikte dan menggurui.

"Jadi pas kumpul saya berusaha memberi contoh sikap yang baik di depan mereka. Misal, 'sebentar friend saya salat dulu'. Lama-kelamaan mereka ada yang nitip salam dan ada yang ikut juga," papar Gus Tanto.

Bangun Pesantren

Tampak depan Ponpes Istighfar Tombo Ati yang didirikan oleh Gus Tanto. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Nggak sekadar memberikan contoh baik, Gus Tanto akhirnya membangun Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati. Meski namanya pondok pesantren, tujuan Gus Tanto mendirikan itu untuk dijadikan tempat berkumpul kawan-kawan di jalanan, pasar dan terminal.

"Misi utamanya tempat buat kumpul yang menjurumus hal positif saaja. Saya juga nggak terlalu memaksa mereka. Misal, pas Yasinan ada dari mereka yang masih mabuk-mabukkan, saya biarkan," ungkap Gus Tanto.

Istigfar Tombo Ati bukan nama yang diambil begitu saja. Kata 'istigfar' diambil guna mengingat bahwa sifat manusia itu nggak pernah luput dari kesalahaan.

"Kalau kamu ke sini, mau nggak mau harus merenungi kesalahan dan beristighfar. Sebab jarang sekali orang yang mengakui kesalahan," cerita Gus Tanto.

Berkat kegigihan Gus Tanto, segala bentuk kejahatan di Kampung Perbalan dari tahun ke tahun semakin berkurang. Orang-orang yang dulu suka berurusan dengan kriminal mulai sadar dan bertaubat di Ponpes Istighfar.

"Mayoritas santri saya dulunya tukang palak, begal, rampok, suka tawuran, narkoba dan ada satu yang terlibat kasus pembunuhan. Sekarang mereka udah taubat. Kalau secara umum mungkin dapat hidayah. Tapi menurut saya, mereka merasa hidupnya udah nggak nyaman," terang Gus Tanto.

Sungguh berat dan terjal perjuangan Gus Tanto ini. Tanpa dia, mungkin Kampung Perbalan masih dicap sebagai daerah hitam di Kota Semarang. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024