BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 10 Feb 2020 09:38

Niki Hutomo, Desainer Semarang Langganan Kontestan Puteri Indonesia

Niki Hutomo, desainer Semarang dengan ciri khas karya fesyen yang cantik, simpel, dan elegan. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Kecintaan terhadap dunia gambar membawa Niki Hutomo menekuni dunia fesyen. Ciri khas dari desainnya yaitu cantik, simpel, dan elegan. Nggak heran kalau para kontestan ajang kecantikan memakai karyanya. Sebut saja juara IV Puteri Indonesia 2017 Dea Rizkita dan Puteri Indonesia 2015 Anindya Putri. Yang teranyar, karyanya dipakai pemenang Puteri Indonesia Jawa Tengah 2019 Pratiwi Hidayasari.

Inibaru.id – Saya bertemu dengan desainer muda yang tumbuh di Semarang bernama Niki Hutomo pada Minggu (2/2), sekitar pukul 11.00 WIB. Niki mengenakan pakaian kasual, kaos warna hitam, celana jins, dan sepatu warna biru. Kami pun berbincang santai di meja No 8 Kafe Lot 28 Pleburan.

Sejak duduk di bangku SD-SMP, Niki suka menggambar anime dari kartun-kartun Jepang dengan karakternya yang beragam. Membaca dan menonton anime pun menjadi kegemarannya pula. Sayangnya saat itu masih sebatas hobi, usai lulus dari SMA Negeri 1 Semarang, Niki melanjutkan kuliah di Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya dan lulus tahun 2010.

“Saya kuliah bingung mau kerja atau nggak. Kalau saya bukan tipe orang yang kerja kantoran. Setelah lulus kuliah, Papah tahu kalau saya hobi gambar, suka-suka gambar. ‘Kamu bisa gambar kok nggak masuk di desain aja,’ Papah bilang gitu. Saya juga suka sesuatu yang berhubungan dengan fesyen,” katanya.

Dunia fesyen semakin diseriusi Niki ketika dia mendalami desain di Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo Semarang pada 2010 akhir. Program belajar saat itu satu tahun, di sana dia belajar pola, belajar desain, belajar komputer desain, belajar kain, dan lain-lain. Pada 2011, akhirnya dia mulai merintis usaha sendiri.

Niki berpose bersama model yang memakai karyanya. (Dok. Niki Hutomo)

Lulus dari LPTB dia mulai menerima order desain dan membuat baju. Habis itu dia masuk di in house Batik Jayakarta di Jalan Perintis Kemerdekaan Banyumanik. Niki mengaku tetap menjalin komunikasi dengan guru-gurunya meski telah lulus. Dia bahkan ditawari untuk menjadi desainer Batik Jayakarta. ucapnya.

Bekerja di Batik Jayakarta dilakoni selama kurang lebih empat tahun (2013-2016). Laki-laki kelahiran Surabaya, 21 Oktober 1987 tersebut membentuk ciri khas desainnya sendiri agar karakter semakin kuat. Signature-nya lebih pada pakaian-pakaian yang bagus, indah, menarik, dan enak dilihat

“Tiap desainer punya jiwanya masing-masing. Seiring waktu, teman-teman saya sudah bisa melihat 'oh ini bajunya Niki'. Kalau saya baju cantik kayak gaun malam, gaun pesta, atau kebaya. Terus pakai bahan brokat, payet, baju pesta yang cantik tapi enggak yang heboh banget. Kalau saya lebih ke simple-elegan,” tuturnya.

Prestasi yang pernah dia torehkan bukan dalam bentuk piala atau juara-juara lomba, karena dia mengaku bukan tipe orang lomba. Namun lebih pada karyanya dikenakan oleh para peserta Puteri Indonesia, Duta Wisata, Denok Kota Semarang, hingga artis-artis semacam Iis Dahlia, Ayu Dewi, dan Julia Perez.

“Pas Anin menang Puteri Indonesia 2015 itu kan dia berangkat ke Miss Universe, bajuku juga dipakai Anin pas ajang Miss Universe waktu itu. Walaupun bukan baju malam, tapi baju hariannya. Itu sudah senang dipakai di ajang internasional,” lanjut dia.

Laki-laki yang menyukai karya-karya desainer Anne Avantie, Intan Avantie, dan Sebastian tersebut saat ini tengah mengelola brand miliknya bernama T.O.M.O Fashion. Dia juga aktif mengajar di almamaternya, LPTB Susan Budihardjo terkait tekstil monumental.

Tertarik menggeluti fesyen pula, Millens? Kisah Niki Hutomo ini bisa menjadi inspirasi! (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024