BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 6 Mei 2024 17:06

Ngaji Kebangsaan; Empat Rute Mencintai ala Fahruddin Faiz

Ngaji Kebangsaan; Empat Rute Mencintai ala Fahruddin Faiz

Fahruddin Faiz menjadi pembicara utama dalam acara Ngaji Kebangsaan di kampus IPMAFA Pati. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Dalam Ngaji Kebangsaan, Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fahruddin Faiz mengatakan, mencintai sesama manusia dengan ideal memiliki empat rute. Apa saja?

Inibaru.id - Dalam kehidupan sehari-hari, mencintai sesama seringkali dikerdilkan hanya sebagai hubungan antara dua manusia. Padahal, perasaan cinta memiliki daya jangkau yang lebih luas, termasuk di antaranya dalam hubungan persaudaraan dan bermasyarakat.

Hal ini dilontarkan Fahruddin Faiz mengawali diskusi "Ngaji Kebangsaan" yang berlangsung di Masjid Kampus IPMAFA Pati, akhir pekan lalu. Dengan lantang, Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mengajak para peserta yang hadir merenungkan maksudnya.

Faiz, begitu dosen murah senyum ini biasa disapa, kemudian mulai menjelaskan lebih detail terkait kasih sayang yang dimaksud dalam persaudaraan tersebut. Menurutnya, ada empat cara ideal untuk menumbuhkan cinta pada sesama dalam konteks persaudaraan. Yang pertama adalah Taaruf Cinta.

“Tak kenal maka taaruf; itu memang benar adanya. Namun, jangan dimaknai sebagai pacaran ya, tapi proses saling mengenal," terang Faiz, yang segera disambut tawa para jemaah. "Logikanya, untuk hidup bersama, di ruang yang sama, bagaimana kita bisa hidup harmonis kalau kita nggak saling mengenal?”

Para peserta berkumpul di dalam masjid kampus IPMAFA untuk mengikuti kegiatan diskusi bersama dosen filsafat Fahruddin Faiz. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Setelah fase mengenal, Faiz menambahkan, selanjutnya adalah Tasamuh. Dalam bahasa filsafat, istilah yang juga dikenal sebagai toleransi ini disebut koeksisten.

“Tasamuh berarti kita bisa menerima diri seseorang apa adanya tanpa memaksa sesuai keinginan kita,” jelas Faiz. Lebih lanjut, beliau menambahkan, “Kita harus saling menghargai dalam perbedaan serta menerima dalam keragaman."

Setelah Tasamuh, langkah selanjutnya adalah Ta’awun, yang dalam filsafat dikenal dengan istilah proeksisten. Artinya, mencintai sesama itu nggak hanya membiarkan mereka apa adanya, tapi juga mengajak mereka bekerja sama untuk memberi manfaat.

"Jadi, harus mengajak mereka bekerja sama secara produktif untuk mampu memberi manfaat bagi semua orang," tutur Faiz.

Suasana diluar masjid IPMAFA yang ramai oleh para peserta diskusi Ngaji Kebangsaan. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Setelah ketiganya dilakukan, langkah terakhir adalah Tawashow. Inti dari langkah ini adalah kesadaran bahwa sehebat apa pun seorang manusia, kita adalah makhluk yang memiliki kekurangan dan kelemahan, bahkan mengalami kekhilafan.

“Jadi, manfaat hidup bersama adalah saling mengingatkan dan menasihati dalam kebenaran. Perlu pula digarisbawahi bahwa ini dilakukan secara sabar, karena kita kadang susah untuk dinasihati,” tandas dia.

Jika manusia berjalan melalui keempat rute tersebut, Faiz meyakini, mereka nggak hanya akan memperdalam pemahaman tentang arti mencintai sesama, tapi juga akan mengikat kuat simpul-simpul persaudaraan.

Melalui Taaruf, Tasamuh, Ta’awun, dan Tawashow, kita diajak untuk membangun jembatan kebersamaan yang diperkuat oleh rasa cinta dan pengertian bersama. Semoga langkah-langkah ini bisa membawa kita ke sebuah masyarakat yang lebih harmonis dan penuh kasih, ya! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025