BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 5 Jun 2023 14:00

Kampoeng Flora Wonolopo: Kawasan Kumuh yang Sekarang Dipenuhi Tanaman Hias

Penampakkan gapura Kampoeng Flora di Dukuh Sumbersari, Kelurahan Wonolopo, Mijen, Kota Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Warga Semarang Barat yang pengin berburu tanaman hias nggak perlu bingung lagi. Di sana ada Kampoeng Flora Wonolopo yang memiliki koleksi aneka tanaman baik hias maupun sayuran.

Inibaru.id - Pemandangan serbahijau dan hawa sejuk begitu terasa saat saya menginjakkan kaki di Kampoeng Flora. Perkampungan yang dipenuhi aneka ragam tumbuhan itu berada di Dukuh Sumbersari RT 3 RW 10, Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

Meski lokasinya di sudut selatan Kota Lunpia, saya tidak kesulitan mencari akses menuju Kampoeng Flora. Akses jalannya tergolong lebar, dapat dilalui kendaraan roda empat.

Setibanya di lokasi, mata saya tertegun melihat hamparan perkampungan yang kanan-kirinya banyak dihiasi tanaman bunga. Saya juga melihat sebagian besar warga Dukuh Sumbersari memiliki green house yang berada di samping maupun belakang rumah.

Di Kampoeng Flora juga terdapat shelter sentra penjualan ratusan jenis tanaman. Ada 24 kios yang memanjang sekitar 100 meter memanjakan mata bagi siapa saja yang hendak berburu tanaman hias dan holtikultura.

Berawal dari Kesamaan Hobi

Penampakkan shelter aneka ragam tanaman hias yang dijual di Kampoeng Flora. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Ketua Kelompok Tani Kampoeng Flora Eko Susanto nggak pernah membayangkan jika kampung tempat tinggalnya begitu rindang dan tertata. Sebelum dibangun shelter sentra penjualan tanaman, tempat yang berada persis di dekat hutan jati itu dulunya merupakan tempat pembuangan sampah.

"Dulu kumuh banget. Banyak warga yang membuang sampah sembarangan di dekat hutan jati ini," ucap Eko Susanto saat ditemui Inibaru.id belum lama ini.

Menurut Eko, sapaan akrabnya, terbentuknya Kelompok Tani Kampoeng Flora pada tahun 2000 itu didasari oleh kesamaan hobi para warganya. Dia mengenang, saat itu warga Dukuh Sumbersari banyak yang telah menanam tanaman hias, tapi kebingungan dalam memasarkannya.

"Kendalanya dulu kita belum punya shelter, kami pun berinisiatif bikin shelter pakai bambu. Saat itu fungsinya untuk menutupi sampah yang berserakan," lanjut Eko.

Seiring berjalannya waktu, Kampoeng Flora terus berbenah dan akhirnya memenuhi standar sebagai Kampung Tematik. Peresmiannya pun tergolong masih baru yaitu pada Desember 2022.

"Segala macam tanaman hias, sayuran, buah-buahan ada. Tapi memang nggak semua ada di shelter. Kalau lengkapnya ada di perkebunan atau green house warga. Kalau di shelter cuman beberapa sample aja," tutur Eko.

Lelaki lulusan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang (USM) ini telah merancang agar Kampoeng Flora dikenal masyarakat Kota Semarang. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah gencar promosi lewat sosial media.

"Masalah harga kita kompetitif. Untuk saat ini yang paling banyak dicari itu sayuran. Sedangkan untuk tanaman jenis aglonema. Pas pandemi, apalagi. Kemarin kita sampai kehabisan stok bibitnya," cetus Eko.

Nggak berhenti pada penjualan tanaman, Eko juga tengah merencanakan membuka angkringan di tengah hutan. Tujuannya tentu saja untuk mengangkat perekonomian juga sebagai media promosi Kampoeng Flora ke kawula muda.

"Jadi progres ke depan kami akan buat angkringan di dalam hutan. Konsepnya angkringan biasa, tapi kita jual viewnya. Hitung-hitung buat menggaet anak-anak muda ke sini. Minimal mereka bisa lihat-lihat sentra tanaman. Mudah-mudahan kalau sering melihat, mereka mau membeli dan merawat," harapnya.

Roda Perekonomian Warga

Keberadaan Kampoeng Flora turut menggerakan roda perekonomian warga sekitar. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Diakui salah satu warga Dukuh Sumbersari, Musal Biayanto, keberadaan Kampoeng Flora berdampak pada roda perekonomian warga sekitar. Hal itu kian terasa pada masa sulit pandemi Covid-19. Kala itu dia memutuskan banting stir menjadi petani tanaman hias.

"Pas pandemi kemarin kan kebanyakan orang nganggur. Tapi alhamdulillah warga sini termasuk saya masih bisa survive dengan menjual tanaman," ucap lelaki yang diakrab disapa Musal.

Ya, waktu itu memang orang ramai berburu tanaman. Mereka ingin mencari kesibukan dengan merawat tanaman. Berkat tren berkebun di rumah yang dilakukan orang-orang, dalam sehari, Musal bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp150.000.

"Teman-teman waktu itu sampai merasakan jualan tanaman kok enak ya. Tapi untuk sekarang frekuensi penjualannya nggak sederas dulu," tandas Musal.

Wah, cerita dari Desa Wonolopo ini benar-benar menarik dan menginspirasi kampung lainnya ya, Millens? Menggiurkan banget kan kalau kampung yang kita tinggali juga merupakan kampung yang bisa menggerakan roda perekonomian warganya? (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024