BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 18 Nov 2019 11:00

Jadi Aktivis Pro-feminisme, Nur Hasyim Pernah Dicap Bukan Lelaki Ideal

Nur Hasyim. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Bagi Hasyim, kaum laki-laki harusnya mampu menghormati dan menghargai perempuan, suportif terhadap pasangan, setia pada komitmen, penuh cinta kasih, sabar, mengedepankan dialog, dan anti-kekerasan.

Inibaru.id - Sore itu saya lari terburu-buru menuju lantai 3 komplek rektorat UIN Walisongo Semarang, tempat Nur Hasyim berkantor. Keterlambatan ini membuat saya gugup. Namun nggak saya sangka, lelaki yang akrab disapa Hasyim ini malah tersenyum lebar saat melihat saya tiba di ruang kerjanya.

“Eh silakan masuk,” sambutnya.

Lelaki yang menyebut dirinya pro-feminis ini merupakan co-founder Aliansi Laki-laki Baru, organisasi yang menjadi ruang perbincangan tentang laki-laki dan maskulinitas. Organisasi ini turut melibatkan laki-laki dalam isu gender yang ada di masyarakat.

Perbincangan di ruangan kerja Hasyim yang terasa formal itu sempat bikin saya mati gaya. Namun saya nggak bisa menyangkal ketika telinga saya tergelitik saat mendengar magister dari Universitas Wollongong Australia ini mengenang masa kecilnya.

Menurutnya, masa kecilnya punya pengaruh terhadap hidupnya sekarang. Hasyim kecil menyaksikan pasangan istri suami yang sering bertengkar di rumahnya. Saat itu, profesi ayah Hasyim adalah modin. Jadi wajar saja jika warga yang ada perlu untuk menikah atau bercerai datang ke sana.

“Sewaktu kecil selalu menyaksikan orang berantem di rumah. Jika mau bercerai atau apa ke rumah dulu,” kata Hasyim sambil terkekeh.

Namun perasaan saya seketika ngenes ketika dia mengisahkan sosok Hasyim kecil yang nggak bisa memenuhi ekspektasi sosial.

“Jika dengar ibu saya cerita, dulu saya nggak masuk dalam kategori laki-laki ideal. Dia bilang saya perasa, cengang, nggak bisa berantem, dan nggak bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan anak laki-laki,” tuturnya.

Nur Hasyim saat bekerja di kantornya. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Dari kejadian tersebut, ayah dari dua anak perempuan ini menyimpulkan beratnya bagi anak laki-laki untuk memenuhi ekspektasi masyarakat untuk menjadi ”anak laki-laki”.

Lelaki 46 tahun ini juga mengenang masa kecilnya yang sering diminta untuk menyapu dan mengerjakan pekerjaan domestik lain oleh ibunya, sementara kakak laki-lakinya asyik berenang dan memanjat pohon.

Keempat kakak lelakinya yang jago memanjat pohon pun sering diminta memetik kelapa milik keluarga, semantara Hasyim yang mengangkutnya selepas dipetik. Ya, hal tersebut karena hasyim nggak bisa memanjat pohon. Sontak hal tersebut bikin tawa saya dan Hasyim pecah.

Laki-laki Ideal

Derasnya hujan sore itu diikuti cerita Hasyim yang semakin banyak. Kiprahnya dalam aktivisme memang nggak main-main. Dengan mata berbinar-binar, lelaki kelahiran Yogyakarta ini mengaku sudah terjun sejak 1998 di Rifka Annisa Women’s Crisis Center.,

Dosen FISIP UIN Walisongo Semarang ini juga sempat mengikuti program fellowship di University of Mumbai Departement of Sosiology sekaligus di lembaga Man Against Violence and Abuse (MAVA) selama setahun sembilan bulan.

Aktivisme dan pengalaman hidupnya tersebut melahirkan konsep laki-laki ideal menurut Hasyim. Bagi dia, laki-laki harusnya menghargai dan menghormati perempuan seperti menghormati diri mereka sendiri, suportif terhadap pasangan, dan setia pada komitmen yang dibuat.

"Seorang laki-laki juga harus penuh cinta kasih, sabar, mengedepankan dialog dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan, serta antikekerasan," pungkasnya.

Meleleh dong saya sebagai perempuan. Ha-ha.

Perbincangan panjang sore itu nyatanya belum cukup menjawab semua pertanyaan saya. Semoga lebih banyak lelaki yang sadar dengan pentingnya isu gender layaknya Hasyim ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: