BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 25 Mei 2020 10:00

Bertemu Mbah Syamsuri, Generasi Terakhir Penabuh Kentrung Demak

Mbah Syamsuri sedang memainkan Kentrung Demak di Panggung Kahanan 5. (Inibaru.id/ Gregorius Manurung)

Mbah Syamsuri bukan sekadar seniman Kentrung Demak. Dia adalah generasi terakhir seniman Kentrung dan sudah menekuni ini selama 50 tahun.

Inibaru.id – Setelah menyaksikan langsung kesenian Kentrung di Panggung Kahanan edisi kelima pada Rabu (13/5), saya berkesempatan berbincang dengan Mbah Syamsuri. Dia adalah generasi terakhir yang masih aktif menjadi seniman Kentrung.

Ketika kami bertemu, Mbah Syamsuri masih terlihat segar dan bersemangat. Ketika berbicara pun Mbah Syamsuri masih lancar dan suaranya jelas terdengar. Padahal, Mbah Syamsuri ini sudah berumur 70 tahun, lo, Millens.

“Saya main seni Kentrung ini sejak tahun ’69. Saya masih sekolah SR zaman dulu,” ucap Mbah Syamsuri. Mbah Syamsuri mempelajari seni bertutur ini dari bapaknya. Setelah ayahnya mulai nggak memainkan Kentrung, Mbah Syamsuri mulai mempelajari seni bertutur ini.

Terhitung sudah 50 tahun Mbah Syamsuri menjalani hidup sebagai seniman Kentrung yang juga disebut sebagai “penerbang” karena bermain Kentrung sering disebut sebagai “terbang”.

Pada awalnya, Mbah Syamsuri nggak menguasai banyak cerita untuk dipentaskan. Hal ini menyebabkan durasi bermainnya tidak terlalu lama. Seiring berjalannya waktu, dia mulai menguasai lebih banyak cerita dan bisa membawakan cerita selama tiga jam non-stop, lo, Millens.

“Terus lama-lama, bisa setengah malam. Dari jam 9 sampai jam 12 malam,” ucap Mbah Syamsuri.

Mbah Syamsuri yang sudah berusia 70 tahun masih terus menekuni kesenian Kentrung Demak. (Inibaru.id/ Gregorius Manurung)

Setelah Mbah Syamsuri, nggak ada lagi yang menekuni kesenian Kentrung ini. Menurut pengakuan Mbah Syamsuri, hal ini bukan karena nggak ada lagi yang memelajari Kentrung. Mbah Syamsuri mengatakan bahwa banyak anak muda yang mempelajari Kentrung di Demak.

Namun, mereka nggak melanjutkan menjadi seniman Kentrung. Hal itu menyebabkan trah Kentrung berhenti di Mbah Syamsuri. Menurut Mbah Syamsuri, mereka nggak melanjutkan menjadi seniman Kentrung karena kurang percaya diri. Hal ini karena penanggap (sebutan penonton Kentrung) nggak hanya orang dari desa.

Mbah Syamsuri mengaku pernah diajak untuk tampil di depan mahasiswa kesenian dan orang-orang baru yang nggak dia kenal. Untuk menemui orang baru, apalagi yang berlatar belakang akademis bisa membuat gugup, ya, Millens.

Mbah Syamsuri sangat berharap bahwa seni Kentrung bisa terus dilestarikan oleh generasi muda. Hal ini karena seni Kentrung nggak memiliki lembaga pendidikan resminya. Karena ini juga Mbah Syamsuri nggak bisa lagi melanjutkan menjadi penerbang, orang-orang bingung akan belajar ke siapa.

“Jangan sampai punah, kalau punah itu eman-eman, karena regenerasinya belum ada,” ucap Mbah Syamsuri. “Pokoknya saya masih seger, ya terus jalankan terus,” pungkas Mbah Syamsuri.

Bagaimana, kamu tertarik untuk melestarikan kesenian tradisional Indonesia ini, Millens? (Gregorius Manurung/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024