BerandaIndie Mania
Kamis, 20 Nov 2019 15:00

Tempel-Tempel Sesukamu bareng Komunitas Kolasemauku, Yuk!

Komunitas Kolasemauku mengajak pengunjung Pesta Pantai menempel-nempel plastik. (Inibaru.id/ Audrian F)

Ada sebuah kesenian yang teknis pembuatannya adalah dengan cara menempelkan satu dengan gambar lainnya. Namanya adalah Kolase. Di Kota Semarang, orang-orang yang menggemari kesenian tersebut terhimpun di dalam sebuah komunitas yang bernama Kolasemauku.

Inibaru.id - Kalau ada koran, majalah atau buku, yang sudah nggak terpakai jangan dibuang ya. Gambar-gambar di dalamnya bisa menjadi sebuah karya seni lo. Yap, namanya adalah seni kolase. Kurang lebih pengertiannya adalah seni yang menggabungkan beberapa gambar menjadi sebuah gambar utuh.

Di Kota Semarang, ada komunitas yang berkegiatan melalui seni kolase. Namanya adalah “Kolasemauku”. Berawal dari karena ingin memeringati hari Kolase Sedunia pada akhir 2017, nggak disangka peringatan tersebut malah berlanjut menjadi sebuah komunitas.

Rifqi Ali penggiat komunitas Kolasemauku berkata kalau seni kolase bukan sekadar gambar yang ditempel-tempel. “Orang tahunya mungkin gambar yang ditempel-tempel namun itu lebih seperti sebuah prinsip,” ujar pria yang saat ini berusia 27 tahun tersebut saat ditemui dalam acara “Pesta Pantai”, Jumat (15/11). Menariknya, kata Rifqi seni kolase ini untuk propaganda di negari asalnya yaitu Eropa.

Kolasemauku memiliki banyak agenda rutin. Salah satunya adalah dengan menggelar workshop membuat kolase. Kemudian kegiatan lain yakni pameran di kafe-kafe dan kolaborasi bersama pegiat seni lain. Kata Rifqi, output dari kolaborasi itu biasanya berbenuk sebuah zine.

FYI, zine itu media cetak alternatif yang biasanya diterbitkan perorangan atau kelompok kecil. Bisa dibilang zine itu majalah versi simpel.

Salah satu contoh karya dari Kolasemauku. (Inibaru.id/ Audrian F) 

Dalam setiap workshop, Rifqi menekankan pentingnya orang mengetahui seni kolase. Pertama, agar bisa digunakan untuk mendaur ulang barang-barang yang sudah nggak terpakai seperti koran atau majalah. Gambarnya bisa jadi karya seni. Kedua, kolase ini bisa jadi alternatif buat orang-orang yang pandai menggambar. Belajarnya pun ngga butuh waktu lama.

Rifqi bercerita hampir semua anggota Kolasemauku dalam membuat kolase awalnya hanya iseng-iseng saja. Tapi lambat laun jadi ketagihan. Lalu  dalam kolase sendiri ada beberapa jenis teknik, terutama pada cara pemotongan gambarnya, mulai dari menyobek langsung, menggunakan gunting sesuai bentuk yang diinginkan dan bisa juga menggunakan cutter. Ada yang secara digital juga.

Sementara bagi Rifqi, nggak ada tolak ukur kolase yang baik itu seperti apa. “Relatif sih, tergantung pandangan masing-masing. Semua kolase baik,” ucap pria asli Solo tersebut.

Kolasemauku sering menggelar workshop membuat kolase. (Inibaru.id/ Audrian F)

Nah, satu hal yang patut kamu ketahui, Kolasemauku juga pernah berkolaborasi dengan psikolog dalam menyembuhkan orang-orang depresi. Keren ya!

“Ya, kita juga pernah membantu terapi orang-orang depresi. Pengaruhnya adalah mereka bisa bebas mengekspresikan diri. Menjadi sebuah hiburan yang nggak dikekang gitu. Mereka menjadi lebih terbuka dalam menuangkan isi hatinya. Nah, kemudian psikolog membaca dari kolase hasil bikinan pasiennya tersebut,” jelas Rifqi.

Wah ternyata seni yang tampaknya sekadar temple-menempel gambar itu memiliki arti dan pengaruh yang luas ya, Millens. Kamu tertarik bikin kolase nggak? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: