BerandaIndie Mania
Rabu, 30 Jul 2019 16:39

Ini Kata Milenial Soal Tradisi Sedekah Bumi dan Laut di Tambak Lorok Semarang

Diah Ismi (kiri), Jannah (tengah), Trimurti Kumala Dewi (kanan) merupakan para pemuda asli Tambak Lorok. (Inibaru.id/ Audrian F)

Bukan hanya datang sebagai pengunjung, para anak muda ini ambil bagian dalam penyelenggaraan tradisi yang telah berlangsung turun temurun ini.

Inibaru.id - Siapa bilang anak muda nggak peduli dengan tradisi di tempat tinggalnya? Nyatanya, para generasi milenial yang tergabung dalam Karang Taruna Satria Tanjung Anom dan Kesatuan Nelayan Tradisional (KNTI) ini bersedia turun tangan dalam gelaran sedekah bumi dan laut di Tambak Lorok Semarang, Minggu (28/7).

Mereka mengaku bangga dapat berpatisipasi dan menyukseskan acara ini. Satu persatu mengungkapkan pendapatnya kepada Inibaru.id. Mulai dari Khoirul, dia menuturkan kalau acara ini bisa menjadi cara mengubah cara pandang masyarakat luar Tambak Lorok.

“Kalau seperti in kan semua orang bisa melihat. Harapannya juga biar nggak ada lagi unsur mistis. Semuanya merupakan bagian dari kebudayaan,” ucap Khoirul.

Begitupun Diah Ismi, dara berusia 22 tahun tersebut senang dengan adanya acara ini. Dia berpendapat kalau selain tradisi, bisa juga menarik wisatawan.

“Saya senang, soalnya Tambak Lorok semakin ramai. Dulu mungkin nggak seramai ini. Ditambah dengan adanya pembangunan dari pemerintah saya sangat mengapresiasinya,” pungkas Ismi yang di Tambak Lorok juga mendirikan rumah baca.

Para tetua Tambak Lorok yang nggak lama lagi masanya akan dihantikan oleh milenial. (Inibaru.id/ Audrian F)

Senada dengan Diah, kali ini rekannya Trimurti Kumala Dewi, berpendapat kalau jika dibikin seperti ini terus bakal semakin membuka mata masyarakat terhadap Tambak Lorok.

“Orang-orang sekitar di beberapa daerah tetangga Tambak Lorok ada yang nggak tahu kalau ada tradisi ini, hal tersebut sangat membuat saya prihatin. Nah, kalau didakan begini, semoga ngak terjadi lagi hal seperti itu."

Komentar lain dilontarkan Dwiki. Meskipun kecewa lantaran acara molor, tapi seksi dokumentasi ini tetap mengapresiasi tradisi ini. 

“Ini acara yang bagus, saya baru pertama kalinya mengikuti," kata warga pendatang ini.

Orang-orang di atas menjadi beberapa dari sedikit anak muda yang peduli dengan tradisi sekitar. Kalau kamu gimana, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024