Inibaru.id - Saya ingat obrolan teman-teman beberapa tahun yang lalu mengenai pertunjukan musik cadas yang berada di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang. Sayangnya, sekarang agenda itu sudah nggak ada lagi. Duh, padahal saya penasaran banget seperti apa konser musik yang katanya "keras" itu. Hingga beberapa waktu lalu ada konser musik bertajuk "Gemuruh" di Gousty Longe, Superindo di Jalan Sriwijaya.
Jelas saja saya nggak akan melewatkan kesempatan ini. Langsung saya tancap gas menuju ke sana. Tadinya saya kira acara itu bakal digelar secara outdoor. Namun sebaliknya, musik yang identik dengan ideologi masyarakat kelas bawah ini berlangsung di dalam ruangan ber-ac.
Cuma, bayangan saya mengenai volume musik terbukti adanya. Baru sampai pintu masuk saja suara dentuman musik sudah menggelegar. Begitu masuk, terbayang kan sekeras apa? O ya, saya ditagih Rp 20 ribu untuk nonton.
Penampilan Total Jerks. Salah satu band pengisi acaraGemuruh. (Inibaru.id/ Audrian F)
Penonton yang hadir memang nggak cukup banyak. Sebagian besar orang yang hadir mengenakan pakaian serba hitam. Setiap satu band tampil, beberapa kelompok orang mendekat ke panggung untuk bernyanyi dan menari-nari. Atau yang biasa disebut oleh teman saya tadi sebagai “moshing”.
Hari itu ada 5 band yang tampil. Saya nggak tahu sama sekali lagu-lagu mereka. Bahkan liriknya pun saya sedikit susah mencerna karena antara artikulasi dan teriakan bercampur menjadi satu. Namun, bukan sia-sia juga saya datang ke situ. Gebugan drum dan irama musiknya cukup membuat saya terhibur.
Satu hal lagi yang menarik perhatian. Yakni penonton yang nggak henti melakukan moshing atau saling menabrakan diri satu sama lain. Penonton yang diangkat di atas kepala orang-orang pun nggak cuma sekali terlihat. Sebagai anak bawang, saya tentu nggak sampai nekat untuk ikutan moshing. Ngeri juga kalau orang-orang nggak kuat mengangkat saya dan jatuh. Hi
Penonton melakukan moshing. (Inibaru.id/ Audrian F)
Jujur, awalnya saya kira masuk ke acara seperti ini menyeramkan. Tapi saya salah. Nyatanya para penonton yang kebanyakan anak muda sangat ramah. Beberapa orang bahkan dengan santun mencoba berinteraksi dengan saya. Mereka mengajak saya mendekat ke panggung. Biar lebih seru mungkin.
Saya bahkan menyadari mereka menikmati musik dan melakukan moshing dalam keadaan sadar. Jauh dari alkohol seperti yang sempat saya prasangkakan.
Kalau menurut saya, datang ke pertunjukan musik cadas seperti ini sebetulnya nggak cuma pantas dinikmati kalangan tertentu. Tentu semua orang bisa datang. Dari pengalaman saya, suara dentuman musik yang keras dan (kalau mau) melakukan moshing bisa untuk melepas penat setelah seharian disibukkan oleh pekerjaan.
Kamu tertarik datang ke pertunjukan musik cadas seperti ini nggak, Millens? (Audrian F/E05)