BerandaIndie Mania
Rabu, 26 Nov 2019 13:17

Hadirkan Musik Eksperimental, Tridhatu Beri Warna Baru bagi Dunia Musik di Kota Semarang

Tridhatu. (Inibaru.id/ Audrian F)

Namanya Tridhatu, band musik eksperimental yang banyak dikenal masyarakat Kota Semarang. Meski aliran ini nggak terlalu banyak dilirik, tapi job mereka nggak pernah sepi. Kehadiran mereka membuat belantika musik Semarang makin berwarna.

Inibaru.id - Bagi sebagian orang, musik eksperimental mungkin terasa asing. Jenis musik ini memang di luar kelaziman. Jadi wajar saja jika nggak semua orang memasukkan musik eksperimental sebagai jenis musik favoritnya.

Nah, di Semarang ada salah satu band yang memilih genre musik eksperimental. Namanya, Tridhatu. Meski genre ini termasuk jalan sunyi, namun band yang terbentuk sejak akhir 2017 ini populer di kalangan masyarakat Semarang. Bahkan Tridhatu nggak pernah sepi job.

Openg Prabowo, personel dari Tridhatu menceritakan jalan panjang bagaimana Tridhatu terbentuk. Saat ditemui di acara Grebeg Subali pada Sabtu (2/11) malam, dia menerangkan kalau masing-masing dari personel Tridhatu sebetulnya sudah memiliki latar belakang menggawangi band musik eksperimental. Jadi sebetulnya, Tridhatu bukanlah band musik eksperimental pertama yang ada di Kota Semarang.

“Memang sejak tahun 2000 hingga sekarang, Semarang sudah melahirkan band-band musik eksperimental. Masing-masing dari kami pun sebelumnya punya band musik eksperimental sendiri-sendiri. Misalnya saja saya dulu dari Sistem Busuk dari Dalam. Kemudian Sueb dari Belantara, lalu Aris dari Racau Kemarau,” jelas Openg.

Openg juga mengungkap Tridhatu terbentuk karena ingin memberikan warna baru bagi musik Kota Semarang.

Aristya Kuver di Tridhatu memainkan berbagai alat musik tiup. (Inibaru.id/ Audrian F)

Tiga orang yang menggawangi Tridhatu yaitu Openg Prabowo, Andi Sueb, dan Aristya Kuver. Sementara seorang lagi bernama Putri Lestari hanya bergabung ketika diminta. Dia merupakan mahasiswi ISI Jogja.

Sisi unik band ini jelas ada pada alat musik. Misalnya saja Aristya Kuver yang memanfaatkan berbagai alat musik tiup seperti, didjeridu, karinding, suling, shakuhaci, singing bowl, klintingan serunai, dan slompret. Kamu sudah pernah lihat belum? Sementara Andi Sueb, menggunakan layur. Salah satu alat musik yang masih sangat langka. Lalu Openg lebih menggunakan pita suara.

Dalam obrolan santai saya dengan Openg, saya sempat bertanya asal usul nama Tridhatu.

“Bisa berarti apa saja sih nama Tridhatu. Sesuai pemahaman Hindu bisa, sesuai falsafah hidup juga bisa. Dari kami bertiga juga bisa. Banyak arti. Kami serahkan ke penafsiran orang-orang saja,” ungkap Openg.

Andy Sueb dengan alat musik layurnya. (Inibaru.id/ Audrian F)

Kamu yang belum pernah datang ke konser musik Tridhatu mungkin bakalan kaget bagaimana aksi mereka. Hampir seluruhnya didominasi permainan instrumental. Nggak banyak lirik yang diucapkan. Bahkan hampir nggak ada.

“Musik itu kan artiannya luas. Kami lebih mendekorasi musik secara substansi. Kalau lirik itu sebetulnya kan cuma teks yang dilagukan,” kata Aris Kuver.

Bagi Aris, musik Tridatu sifatnya dinamis. Terbuka untuk kolaborasi dengan siapa saja dan apa saja. Satu hal yang pasti, musik mereka menghadirkan diskursus bagi pendengar.

“Kami cukup dinamis. Bisa berkolaborasi dalam hal apa pun. Tujuan kami pun, bukan memburu orang bisa senang mendengarkan musik kami atau tidak. Tapi kalau orang dengar musik kami lalu bertanya pada nada diskusi, nah di situ lah kami merasa tujuan kami tercapai,” jelasnya.

Wah, ternyata ada juga jenis musik seperti ini ya, Millens. Semoga membawa warna baru bagi dinamika musik di Kota Semarang ya! (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: