BerandaIndie Mania
Rabu, 10 Apr 2018 12:02

GSAC Terus Upayakan Pelestarian Gambang Semarang

Gambang Semarang Art Company. (Gambang Semarang Art Company)

Melestarikan dan mengenalkan seni pertunjukan Gambang Semarang merupakan tujuan utama dari kelompok anak muda ini. Mereka adalah Gambang Semarang Art Company, komunitas pegiat kesenian asal Kota ATLAS.

Inibaru.id – Kesenian gambang Semarang boleh jadi lebih populer dikenal sebagai sebuah tarian. Namun, perlu sobat Millens ketahui, kesenian tersebut sebenarnya merupakan seni pertunjukan tradisional yang terdiri atas beberapa elemen, yakni musik, tari, dan lawak. Lantaran jarang ada yang mempertunjukan kesenian asal Kota Semarang ini secara utuh, nggak banyak yang tahu soal seni pertunjukan itu.

Menyadari kesenian ini nggak lagi eksis, sekelompok anak muda mencoba kembali mempopulerkannya kepada masyarakat. Mereka tergabung dalam Gambang Semarang Art Company (GSAC). Rifky, salah seorang anggota GSAC, mengaku prihatin dengan keberadaan seni tradisional tersebut yang terus tergerus zaman.

Ditemui Inibaru.id belum lama ini, dia menjelaskan bahwa saat ini hanya ada tiga kelompok seni tersebut di kota Semarang.  Bahkan, lanjutnya,  seni pertunjukan itu cenderung asing bagi kalangan masyarakat Kota Lunpia.

“Padahal seni dari Semarang, tapi cuma ada tiga kelompok. Intinya kesenian rakyat ini belum dimainkan oleh masyarakatnya,” kata Rifky.

Menurutnya, gambang semarang masih kalah terkenal ketimbang karawitan atau rebama yang lebih banyak dijumpai di kampung-kampung.

"Kalo pertunjukan gambang semarang secara utuh itu nggak ada, malah banyak juga yang belum tahu,” jelas alumnus Universitas Diponegoro tersebut.

Karena kegelisahan itulah komunitas yang didirikan pada 2011 ini melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan gairah pertunjukan seni gambang semarang di masyarakat Kota ATLAS. Salah satunya dengan melakukan pentas di kampung-kampung dan tampil di berbagai pertunjukan musik bahkan hingga ke luar Jawa Tengah.

“Paling jauh itu pentas di Pacitan, Jawa Timur. Namun, kalau yang berkesan itu saat manggung di Pasar Keroncong di Yogyakarta. Kami satu-satunya pengisi acara yang menampilkan gambang Semarang di sana. Yang lain itu musik keroncong semua. Kami juga diundang langsung oleh (musikus) Djaduk Ferianto saat itu,” jelas Bahtiar Setiawan, Wakil Ketua GSAC.

Selain itu, mereka juga sempat menginisiasi pementasan kolaborasi seluruh kelompok seni gambang semarang yang ada di kota tersebut. Bertajuk “Srawung Semarangan”, acara yang digelar pada Mei 2017 itu mementaskan kolaborasi tiga kelompok pertunjukan gambang semarang yang belum pernah diselenggarakan sejak 1930-an.

Pada tahun ini, mereka juga terlibat kegiatan diskusi dan pameran pertunjukan yang juga melibatkan kelompok kesenian gambang semarang lain. Melalui upaya-upaya tersebut, mereka berharap bisa kembali mempopulerkan gambang Semarang seperti dulu.

Alumni Undip

GSAC dibentuk oleh para alumni Universitas Diponegoro (Undip), Semarang yang terdiri atas 10 orang. Mereka adalah orang-orang yang sempat dilatih dosen-dosen Undip saat mereka masih menjadi mahasiswa. Bertekad agar kesenian ini bisa semakin dikenal, mereka pun memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas.

“Berawal dari keinginan membentuk kelompok, agar cakupannya lebih luas dan semua orang bisa ikut, akhirnya kami bentuk menjadi komunitas,” ungkap Bahtiar.

Dia mengungkapkan, mereka memulainya dengan mengumpulkan teman-teman lama. Setelah itu, mereka melakukan latihan bersama dan pentas di beberapa tempat. Hingga 2012, mereka membentuk GSAC dan mengadakan pentas di Gedung Sobokartti Semarang sekaligus meresmikannya.

Upaya yang dilakukan GSAC bukan berarti tanpa hambatan. Keterbatasan alat musik tradisional gambang semarang menjadi kendala utama komunitas yang diketuai Tri Subekso ini. Hingga saat ini, mereka belum memiliki alat musik yang lengkap sehingga harus meminjam jika mau tampil.

“Ada beberapa yang sudah kita miliki, dari hasil kas dan sumbangan teman-teman, tapi dulu itu perjuangan sekali kalau mau latihan kan susah karena nggak ada alatnya. Akhirnya kami pakai gamelan jawa agar tetap bisa berlatih,” pungkas Bahtiar. (Verawati Meidiana/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: