BerandaIndie Mania
Jumat, 13 Jun 2019 17:00

Ihwal 'Jemuran Puisi': Dibawa dari Danau Zug, Dijemur di Lereng Medini

Penyair Semarang Heri Candrasantosa membaca puisi di antara "jemuran puisi". (Inibaru.id/ Audrian F)

Bukan pakaian basah, jemuran yang dijereng di Boja, Kendal, ini adalah puisi-puisi yang dijepit pada tali memanjang. Menarik! Namun, dari mana ide itu bermula?

Inibaru.id - Jemuran selalu identik dengan pakaian basah yang dijereng pada tali atau semacamnya agar kering. Namun, dalam Jemuran Puisi Syawalan di Boja pada Selasa (11/6/2019), alih-alih pakaian basah, tali justru diisi puisi-puisi yang ditempel pada kertas manila, lalu dijereng mirip jemuran.

Agar menarik dilihat, kertas berisikan puisi itu dibentuk pelbagai rupa, seperti buah-buahan, bulan sabit, kemeja, hingga daun. Puisi-puisi tersebut kemudian dijereng pada tali dengan bantuan penjepit. Hm, unik!

Adalah Sigit Susanto, pegiat sastra asal Boja, Kendal, Jawa Tengah, yang kini tinggal di Zug, Swiss, sang penggagas "jemuran puisi". Dia, dan sejumlah temannya yang juga menggemari sastra, telah menggelar jemuran puisi di pinggiran Danau Zug sejak 2011. "Ritual" itu mereka lakukan setiap Kamis pada Juni.

Nggak cuma puisi, Sigit, sapaan akrabnya, juga menyertakan atribut ke-Indonesia-an dalam "jemuran" itu, di antaranya motif batik, wayang kulit, dan lagu-lagu Indonesia.

Baca juga:
Dari Boja Sigit Susanto Bawa Sastra Susuri Dunia
Ketika Puisi Menyapa Masyarakat dari Rentangan Tali Jemuran

“Siapa saja bisa memetik dan membacakan puisi di jemuran tersebut. Jika suka puisinya, dibawa pulang juga nggak masalah,” tuturnya saat ditemui Inibaru.id pada gelaran Jemuran Puisi Syawalan.

Sigit Susanto bersama jemuran puisinya di Zug, Swiss. (Tembi.net)

Dari Swiss, Sigit membawa ide tersebut ke Indonesia. Dia menjemur puisi di Tegal, Pontianak, dan tentu saja ke tanah kelahirannya di "Lereng Medini" alias Boja, Kendal. Di Boja, dirinya berkolaborasi dengan Komunitas Lereng Medini (KLM).

Bersama KLM, sudah tiga kali Sigit menggelar jemuran puisi, yakni di Balai Desa Boja, Syawalan Boja pada 2017, dan Jemuran Puisi Syawalan 2019.

Dari Penyair Jalanan

Mengenai jemuran puisi, Sigit mengaku terinspirasi dari dua aksi puisi jalanan di Wina, Austria, dan Konstanz, Jerman.

“Di Wina, ada penyair bernama Helmuth Seethaler yang sering membentangkan puisi pada potongan kertas kecil di bawah gedung-gedung tua,” ujar penulis buku Kesetrum Cinta ini, yang juga menambahkan bahwa aksi Helmuth itu sudah berlangsung lebih dari 30 tahun.

Kemudian, inspirasi kedua, lanjutnya, berasal dari Hans-Jürgen Gabel, seorang penganggur dari Jerman yang mengamen puisi di Kota Konstanz dengan berpuisi tanpa teks.

“Berangkat dari pengalaman aksi puisi jalanan itulah, kami di Swiss melakukan hal serupa, ungkap Sigit, "Menggelar puisi di pinggir Danau Zug, juga mencoba mempraktikannya di Boja seperti saat ini."

Baca juga: Ketika Puisi Menyapa Masyarakat dari Rentangan Tali Jemuran

Sementara itu, Umi Kholifah, alumnus SMA N 1 Boja yang hadir dalam gelaran Jemuran Puisi Syawalan berharap, acara seperti ini terus berlanjut.

“Saya senang dengan puisi, makanya datang ke sini dan ikut membaca salah satu puisi yang dipamerkan," kata dia.

Gadis 20 tahun itu berharap, acara semacam itu bisa lebih sering digelar. Wah, sepakat dengan Mbak Umi Kholifah deh! Semoga lebih banyak lagi puisi-puisi yang digantung di jemuran! Ha-ha. Bercanda! (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: