BerandaHits
Jumat, 13 Jun 2024 14:00

Zaman Sudah Modern, Warga Coober Pedy di Australia Masih Tinggal di Bawah Tanah

Rumah bawah tanah di Coober Pedy, Australia. (Getty Images/Mark Kolbe)

Siapa sangka, di Coober Pedy, warga tinggal di rumah bawah tanah. Mereka lebih nyaman tinggal di sana daripada di atas tanah. Apa alasannya, ya?

Inibaru.id – Kalau membahas tentang manusia yang tinggal di bawah tanah atau di gua, yang terpikir biasanya adalah orang pada zaman dahulu ya, Millens? Tapi, ternyata masih ada lo manusia yang tinggal di bawah tanah di zaman modern seperti sekarang. Mereka adalah warga Coober Pedy di Australia.

Coober Pedy adalah sebuah kota kecil dengan populasi 2.500-an orang yang ada di Australia Barat. Berjarak kurang lebih 846 kilometer ke arah barat laut Adelaide, kota ini ada di kawasan gurun yang memang bisa ditemukan di bagian tengah Benua Australia.

Nah, jika kamu melakukan perjalanan ke sana, bakal melihat pemandangan yang cukup unik, yaitu banyaknya gundukan tanah dengan pipa mencuat di sebelahnya. Ternyata, gundukan tanah itu adalah penanda bahwa ada manusia yang tinggal di dalamnya. Pipa-pipa yang mencuat dari tanah tersebut adalah lubang ventilasi untuk mengalirkan udara masuk ke dalam "rumah" di bawah tanah.

Kok bisa, sekitar 60 persen warga kota ini masih tinggal di dalam tanah? Kalau soal ini, kita perlu mengulik lebih banyak soal iklim dari kota pertambangan opal yang berdiri pada 1915 lalu. Karena berada di kawasan gurun, otomatis suhu udaranya saat siang hari sangat menyengat. Kalau di Indonesia, suhu 35-40 derajat Celsius sudah bikin kewalahan, di sana suhunya bisa mencapai 52 derajat Celsius, lo!

Di sana juga jarang hujan. Bahkan, kalau menurut BMKG-nya Australia, Coober Pedy adalah kota dengan rerata hujan paling sedikit se-Australia, yaitu hanya 141 milimeter per tahun. Tahu rumahnya nggak akan kebanjiran meski ada di dalam tanah, warga pun yakin tinggal di sana demi menghindari suhu panas.

Menghindari Suhu Panas

Kamar tidur di rumah bawah tanah yang ada di Coober Pedy. (Getty Images/Mark Kolbe)

Biasanya, rumah-rumah dibangun empat meter di bawah tanah. Dengan menggali tanah di kedalaman tersebut, warga bisa membangun dinding dan atap yang cukup kokoh. Selain itu, mereka juga bisa mengatur suhu udara dalam ruangan jadi cukup nyaman, yaitu stabil di kisaran 23 derajat Celsius.

Dengan suhu yang nyaman, warga Coober Pedy pun nggak perlu memasang AC. Energi listrik yang mereka produksi sendiri dari panel surya atau kincir angin di atas rumah pun bisa dipakai untuk kebutuhan lain.

“Kalau tinggal di atas tanah, kami bakal boros listrik, khususnya untuk mengatur suhu dari peralatan elektronik,” ungkap salah seorang warga bernama Jason Wright sebagaimana dilansir dari Bbc, (12/8/2023).

Keuntungan lain dari tinggal di dalam tanah adalah nggak adanya lalat di sana. Pasalnya, lalat kurang nyaman dengan ruangan yang gelap dan dingin di bawah tanah. Lebih dari itu, kalau pengin memperluas rumah, tinggal menggali saja dinding tanah atau batu di sebelahnya. Nggak ribet, bukan?

Hm, suhu di Indonesia belakangan ini juga panas. Kira-kira bakal cocok nggak kalau kita juga membangun rumah di dalam tanah seperti warga Coober Pedy? Bagaimana menurutmu, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Kuliner Pedas dan Mantap di Warung Pecel Bu Gik Semarang

16 Des 2024

Lima Napi Bali Nine Dipulangkan ke Australia; Yusril: Mereka Tetap Narapidana

16 Des 2024

Rumah Pemujaan Dewi Samudra dan Klenteng Tertua di Lasem: Tjoe An Kiong

16 Des 2024

Indahnya Wisata Musim Dingin di Otaru, Jepang

16 Des 2024

Sejarah Candy Cane, Permen Ikonik dengan Makna Mendalam di Hari Natal

16 Des 2024

Isu Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD, Ide Positif atau Kemunduran Demokrasi?

16 Des 2024

Jateng Raih Dua Penghargaan di ABBWI 2024; Strategi Pariwisata Sukses Bawa Wisatawan

17 Des 2024

Catat Baik-Baik, Cuti Bersama dan Libur Sekolah pada Libur Nataru Kali Ini!

17 Des 2024

Benarkah Bikin SIM di Bulan Desember 2024 Gratis?

17 Des 2024

Serunya Wisata Air di Situ Tirta Marta Purbalingga

17 Des 2024

Menghadapi 'Curving Relationship', Apa yang Harus Dilakukan?

17 Des 2024

Begini Cara Dapatkan Diskon 50 Persen Tarif Listrik pada Januari-Februari 2025

17 Des 2024

Stok Pangan Nataru Dipastikan Aman, Masyarakat Jateng Diimbau Nggak 'Panic Buying'

17 Des 2024

Menggantikan Tugu Jamban, Seberapa Penting Nyi Pandansari bagi Warga Boja?

18 Des 2024

Di Jepang, Kamu Bisa Mencoba Kehidupan Siswa dalam Anime Sehari

18 Des 2024

Opsen PKB Berlaku pada 2025, Tagihan Pajak Kendaraan Bakal Naik?

18 Des 2024

Sejak Kapan Banjir Rob Jadi Masalah di Kota Semarang?

18 Des 2024

Bekali Remaja dengan Keterampilan Prososial untuk Masa Depan yang Lebih Baik

18 Des 2024

Sukseskan 'Makan Bergizi Gratis', Barantin Perketat Pengawasan Bahan Baku Pangan

18 Des 2024

BPBD Temanggung Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Hujan Ekstrem dan Longsor

18 Des 2024