BerandaHits
Kamis, 18 Des 2024 15:19

Sejak Kapan Banjir Rob Jadi Masalah di Kota Semarang?

Sejak Kapan Banjir Rob Jadi Masalah di Kota Semarang?

Banjir rob di Kota Semarang jadi masalah yang belum bisa diatasi hingga sekarang. (Inibaru.id/Audrian F)

Penggalan lirik 'Semarang kaline banjir' sudah eksis sejak lebih dari 50 tahun silam. Istilah ini selalu diangkat banyak pihak tatkala banjir rob di Kota Semarang datang.

Inibaru.id – Beda dengan di kota-kota lain di mana banjir biasanya datang hanya pada musim hujan, di Kota Semarang, banjir rob alias air laut yang merangsek sampai ke daratan juga bisa muncul di musim kemarau. Kondisi ini bahkan bisa jadi lebih parah jika terjadi pada musim hujan seperti sekarang ini.

Saking biasanya ‘banjir rob’ menerjang kawasan pesisir Semarang, banyak pekerja pabrik yang berlokasi nggak jauh dari Pelabuhan Tanjung Emas sampai nggak heran dengan fenomena alam ini. Salah satunya adalah Helmi, salah seorang pekerja kantoran di sebuah pabrik kasur.

“Pas banjir besar 2023 itu, kami sampai dievakuasi dengan truk. Kendaraan rusak karena kami tinggalkan di pabrik dan tenggelam. Setelah itu memang sudah beberapa kali banjir rob, tapi nggak separah yang itu,” ceritanya pada Rabu (18/12/2024).

Meski memiliki kontur perbukitan, nyatanya banjir dan Semarang sudah berkelindan sejak lama. Saking bukan hal aneh melihat banjir menerjang Semarang, pada 1967, legenda keroncong Waldjinah merilis lagu Jangkrik Genggong dengan penggalan lirik ‘Semarang kaline banjir’ yang sangat populer itu. Keberadaan lirik ini seperti menegaskan Semarang sudah akrab dengan bencana banjir bahkan sejak masa pergantian Orde Lama ke Orde Baru.

Tapi, khusus untuk banjir rob yang kerap melanda kawasan pesisir Kota Semarang seperti di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota dari Universitas Islam Agung (Unissula), kampus yang juga kerap terdampak banjir tersebut, Mila Karmila, menyebut sudah dibahas para akademisi sejak 1990-an!

Akademi sudah memperingatkan banyak pihak akan bahaya dari banjir rob di Kota Semarang yang diprediksi bakal semakin parah dari tahun ke tahun. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

“Sejak ada pembangunan di kawasan utara Semarang, ada beberapa penelitian yang paling lama dibuat pada 1990-an yang isinya memperingatkan tentang banjir rob ini,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Espos, Rabu (25/2/2022).

Bahkan, pada 2021 lalu, peneliti dari Institute of Geography University of Cologne bernama Lisa-Michele Bott menjabarkan sejumlah penyebab banjir rob bakal sulit dienyahkan dari Kota Semarang. Salah satunya adalah karena penurunan muka tanah di Semarang yang bisa mencapai 10 sentimeter per tahun!

Ditambah dengan fenomena pasang air laut yang dipengaruhi pergerakan bulan, penurunan muka tanah ini bikin banjir rob seperti terus semakin parah sepanjang tahun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman dan Prasarana Wilayah pada 2002 yang mengungkap bahwa di kawasan pesisir Semarang, terjadi peningkatan permukaan air laut sampai 5 milimeter per tahun! Jika hal ini tepat, maka pada 2024 atau 22 tahun kemudian, permukaan air lautnya diperkirakan telah naik 11 sentimeter!

Sayangnya, beban bangunan di wilayah Semarang bawah terus meningkat berkat tumbuhnya bangunan-bangunan baru di sana. Ditambah dengan penyedotan air tanah yang semakin massif, besar kemungkinan permukaan muka tanah di sana bakal terus terjadi dengan cepat. Jika itu terus terjadi, jangan heran jika daerah Sam Poo Kong yang kini berjarak 7 kilometer dari permukaan laut, bisa-bisa di masa depan bakal kembali seperti pada abad ke-14, yaitu bertemu kembali dengan air laut.

Hm, prihatin ya banjir rob sudah lama bikin masalah yang sulit diatasi di Kota Semarang, Millens? Semoga saja solusi bisa segera ditemukan biar nggak berlarut-larut. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Alunan Musik Yogyakarta Royal Orchestra yang Menyatu dengan Suara Laju Kereta di Stasiun Tugu Jogja

10 Apr 2025

Sudahi Kontrak di Red Sparks, Megawati akan Dirindukan Penggemar Voli di Korea

10 Apr 2025

Kuda yang Jadi 'Kambing Hitam' atas Bau Pesing di Kawasan Malioboro Jogja

10 Apr 2025

Menghidupkan Kembali Hewan Punah: Mungkinkah Etis?

10 Apr 2025

Forum Senayan Peduli Jateng Perdana Digelar, Ketua DPRD Sumanto: Sinergi Kunci Kemajuan Daerah

10 Apr 2025

Benahi Layanan BRT Semarang, Pemkot Segera Atasi 'Cumi Darat' dan Perbaiki Shelter

10 Apr 2025

Menteri Maruarar: Program Rumah Subsidi untuk Jurnalis Bukan untuk Membungkam Kritik

10 Apr 2025

Lolongan dari Masa Lalu; Dire Wolf Lahir Kembali lewat Rekayasa Genetika

10 Apr 2025

Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur Lebaran

10 Apr 2025

Seniman Penuh Talenta Berumur Panjang Itu Kini Berpulang; Titiek Puspa Namanya!

11 Apr 2025

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja; Tercipta karena Nggak Disengaja

11 Apr 2025

Kabar Lelayu: Pemilik Lekker Paimo Semarang Meninggal Dunia

11 Apr 2025

Prosesi Buka Luwur Makam Ratu Kalinyamat Diiringi Lantunan Doa untuk Kemajuan Jepara

11 Apr 2025

Mengapa Manusia Terobsesi Umur Panjang? Antara Takut Mati dan Cinta Hidup

11 Apr 2025

Sesaji Rewanda; Ketika Para Monyet Goa Kreo Juga Diberi 'Angpao' saat Lebaran

11 Apr 2025

Dua Manusia Kloning yang Saling Bekerja Sama dalam 'Mickey 17'

11 Apr 2025

BMKG: Seminggu ke Depan, Ada Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia

11 Apr 2025

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025