Inibaru.id - Permen berbentuk tongkat berwarna merah dan putih atau candy cane adalah salah satu simbol Natal yang ikonik. Nggak hanya menjadi hiasan pohon Natal, permen ini juga memiliki sejarah panjang yang penuh makna, berawal dari tradisi Eropa hingga menjadi bagian nggak terpisahkan dari perayaan Natal di berbagai negara.
Sejarah candy cane dimulai pada abad ke-17 di Eropa, tepatnya di Jerman. Seorang dirigen paduan suara di Katedral Cologne memperkenalkan permen berbentuk tongkat untuk menenangkan anak-anak yang ikut serta dalam kebaktian malam Natal.
Baca Juga:
Menelusuri Asal Usul Perayaan NatalDirigen tersebut memesan permen keras berwarna putih, yang dibuat melengkung menyerupai tongkat gembala, sebagai simbol dari kisah para gembala yang mengunjungi bayi Yesus di malam kelahirannya.
Permen ini juga diberi warna putih sebagai lambang kemurnian dan kesucian Kristus. Tradisi memberikan permen ini kepada anak-anak pun menyebar ke berbagai gereja dan menjadi tradisi tahunan.
Evolusi Warna, Rasa, dan Tradisi
Awalnya, candy cane hanya memiliki warna putih tanpa rasa tambahan. Pada abad ke-19, seorang pembuat permen asal Amerika Serikat mulai menambahkan garis merah pada candy cane, menciptakan kombinasi warna merah dan putih yang kita kenal hingga saat ini. Warna merah dipercaya melambangkan darah Yesus yang tercurah untuk umat manusia, sedangkan putih tetap melambangkan kesucian.
Selain itu, rasa mint khas permen ini mulai diperkenalkan pada periode yang sama. Rasa mint dianggap mewakili rempah mur, salah satu bahan tradisional dalam minyak pengurapan, sehingga menambah simbolisme religius pada permen ini.
FYI, Pada awal abad ke-20, sugar cane menjadi hiasan populer untuk pohon Natal di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Permen ini digantungkan di pohon sebagai simbol kelimpahan dan berkat. Di beberapa keluarga, candy cane bahkan digunakan sebagai hadiah kecil yang dibagikan saat malam Natal.
Kini, candy cane diproduksi dalam berbagai rasa dan warna, namun versi merah-putih tetap menjadi favorit, terutama selama musim Natal. Meski telah bertransformasi dari simbol religius menjadi camilan manis, candy cane tetap membawa nilai sejarah dan makna mendalam yang memperkaya semangat Natal.
Bukan hanya dijadikan dekorasi atau kudapan, candy cane juga mengingatkan umat Kristiani akan nilai-nilai kasih, pengorbanan, dan kemurnian. Bentuk tongkatnya yang menyerupai huruf "J" juga sering diinterpretasikan sebagai inisial dari nama Yesus. Dengan begitu, candy cane bukan hanya permen, tetapi juga bagian dari tradisi Natal yang penuh pesan moral dan spiritual.
Betewe, kamu sudah menggantungkan candy cane di pohon Natal tahun ini, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)