Inibaru.id - Tren “Rp10.000 di tangan istri yang tepat” tengah ramai di TikTok. Dalam video-video yang beredar, sejumlah istri menunjukkan kreativitas mereka mengolah uang belanja Rp10.000 menjadi lauk untuk tiga kali makan. Namun, di balik kreativitas itu, muncul perdebatan: apakah suami yang memberi uang segitu berarti pelit?
Psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., dari Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru, menjelaskan bahwa perilaku suami yang pelit terhadap istri nggak selalu sederhana. “Ada banyak penyebab, mulai dari trauma finansial, keinginan untuk mengontrol, hingga pola asuh yang tidak mengajarkan berbagi,” jelasnya melansir Kompas, Minggu (5/10).
Menurut Joko, trauma finansial sering menjadi akar dari sifat pelit. Mereka yang pernah mengalami kebangkrutan, hidup dalam kemiskinan, atau ditipu investasi, cenderung membangun mekanisme bertahan hidup dengan cara menahan uang sebanyak mungkin. “Rasa takut kehilangan membuat seseorang sulit merasa cukup,” katanya.
Penyebab lain adalah keinginan mengontrol pasangan. Uang bisa menjadi alat kekuasaan yang digunakan untuk memastikan segalanya berada dalam kendali. “Ada suami yang merasa harus mengatur semua karena posisi sebagai kepala keluarga. Namun, ada juga yang melakukannya karena tidak percaya pada istri, atau karena dulu di keluarganya juga begitu,” ujar Joko.
Faktor berikutnya, lanjutnya, bisa jadi sesederhana nggak terbiasa berbagi sejak kecil. Anak yang tumbuh tanpa contoh memberi dan menerima akan sulit memahami konsep cukup. “Ketika dewasa, ia menganggap memberi sedikit saja sudah lumrah, apalagi jika pasangan tidak protes,” tambahnya.
Ada pula suami yang terlalu diajarkan hidup hemat tanpa memahami makna keseimbangan. Pola pikir hemat yang nggak disertai empati dapat berubah menjadi pelit, apalagi saat kondisi ekonomi sedang menurun.
Baca Juga:
Istri Wajib Urus Rumah Tangga, Ini Kewajiban Lain Suami Istri dalam Draf RUU Ketahanan KeluargaTren Rp10.000 ini akhirnya membuka ruang diskusi yang lebih dalam. Di satu sisi, ia menunjukkan ketangguhan dan kreativitas istri dalam mengelola keuangan rumah tangga. Namun di sisi lain, tren ini juga memantulkan realita bahwa komunikasi finansial dalam pernikahan belum sepenuhnya setara.
“Uang seharusnya bukan alat kontrol, tapi sarana berbagi tanggung jawab,” tutup Joko. Karena pada akhirnya, bukan jumlah uang yang menentukan bahagia tidaknya rumah tangga, tapi bagaimana pasangan saling percaya dan bekerja sama mengelolanya.
Hm, kalau kamu bakal belanja apa saja nih dengan Rp10.000, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)
