Inibaru.id – Sebuah video unggahan akun Twitter @LSF_Forwarder yang menunjukkan seorang streamer dari Jepang tiba-tiba mendapatkan notifikasi Early Warning System (EWS) alias sistem peringatan dini sesaat sebelum gempa Jepang pada Selasa (1/1/2024) viral di media sosial. Bagaimana nggak, dari video tersebut, terungkap kalau sistem ini mampu memberikan peringatan kepada warga Jepang untuk segera menyelamatkan diri sebelum guncangan gempa menerjang tempat mereka berada.
Sejumlah unggahan dari pemilik akun lain @fschiko_ yang juga sedang berada di Jepang saat gempa berlangsung kemarin juga mengungkap bahwa sudah ada aplikasi seperti NERV yang mampu memberikan peringatan sampai 18 detik sebelum guncangan gempa datang.
“Iya gede banget lagi (suaranya) semua orang bunyi HP-nya,” ujar pemilik akun Twitter @JVLEHA yang kemarin juga berada di Jepang menceritakan tentang bagaimana notifikasi peringatan dini ini membuat banyak orang bisa segera bersiap sebelum guncangan datang.
Sistem peringatan dini ini diberi nama Early Warning Area Mail atau Emergency Rapid Mail dan dibuat oleh NTT Docomo serta Japan Meteorological Agency (JMA). Sistem ini bisa memberikan peringatan dalam bentuk pesan lengkap dengan notifikasi dengan suara yang sangat kencang ke ponsel, televisi, telepon kabel, hingga radio.
Memangnya, seperti apa cara kerja dari sistem deteksi dini ini sampai bisa memberikan peringatan sampai belasan detik sebelum guncangan gempa datang? Kalau soal ini, kita perlu mengetahui dua jenis gelombang yang muncul saat gempa dulu, yaitu gelombang P dan gelombang S.
Gelombang P menyebabkan guncangan kecil yang nantinya diikuti dengan gelombang S dengan guncangan besar yang mampu menyebabkan kerusakan pada bangunan. Kecepatan rambatan gelombang P rata-rata adalah 7 kilometer per detik, sementara kecepatan gelombang S rata-rata adalah 4 kilometer per detik.
Otoritas Jepang sengaja menempatkan banyak seismograf di berbagai titik di negaranya karena tahu jika negara tersebut rawan gempa. Nah, seismograf-seismograf ini berperan besar dalam mendeteksi gelombang P terdekat tatkala gempa muncul.
Seismograf ini kemudian langsung mengirimkan sinyal ke JMA terkait dengan informasi tentang adanya gelombang P yang merambat lebih cepat dari gelombang S ini. Sistem yang ada di JMA pun langsung menyebarkan peringatan dini secara otomatis ke ponsel-ponsel, radio, hingga televisi agar warga bisa segera menyelamatkan diri sebelum gelombang S tiba.
Sistem peringatan dini yang sudah terbentuk dengan baik, ditambah dengan jaringan internet yang kencang, lancar, dan nggak mudah hilang sinyal meski ada bencana juga jadi faktor penentu suksesnya sistem ini bekerja.
Karena sama-sama berada di negara rawan gempa, mungkin nggak sih sistem ini bisa diterapkan di Indonesia? Seharusnya sih bisa.
“EWS serupa dipakai di Indonesia bisa. Tapi akan telat sekian detik, atau sama sampainya (dengan guncangan gempa) karena proses push alertnya masih dari service terpusat. EWS mereka (di Jepang) sudah running dalam ‘mesh network by 5G technology’. BTS-nya langsung yang proses push alert dan relay ke BTS selanjutnya,” tulis akun yang sering membahas tentang teknologi @leksa, Selasa (2/1).
Berdasarkan cuitan tersebut, pemerintah harus benar-benar memperbaiki sistem jaringan di Indonesia dulu untuk memastikan sistemnya bisa memberikan informasi peringatan dini secepat mungkin ke masyarakat. Sayangnya, sejauh ini, di Indonesia masih banyak area yang bahkan susah sinyal atau sama sekali nggak tersentuh jaringan internet. Tentunya kekurangan ini menghambat bekerjanya sistem. Duh!
Selain itu, jumlah seismograf atau alat-alat pendeteksi gempa di Indonesia juga masih minim. Belum lagi kasus pencurian seismograf yang beberapa kali terjadi.
Hm, sepertinya kita masih harus bersabar untuk punya sistem peringatan bencana secanggih Jepang ya? Nah, sambil menunggu kita bisa kok belajar mitigasi bencana dengan benar agar dapat selamat ketika bencana datang. (Arie Widodo/E05)