BerandaHits
Kamis, 30 Des 2020 12:04

Sekeluarga Sering Alami Kesulitan Karena Nggak Punya Sidik Jari, Kok Bisa Ya?

Amal Sarker dan Appu Sarker menunjukan tangannya yang nggak memiliki sidik jari. (BBCIndonesia)

Ada satu keluarga di Bangladesh punya kelainan genetik yang membuat mereka nggak punya sidik jadi. Anehnya, kelainan ini hanya menimpa anggota laki-laki saja. Apa penyebab dari hal ini, ya?<br>

Inibaru.id - Satu keluarga yang tinggal di sebuah desa di utara distrik Rajshahi, Bangladesh, punya kelainan genetik langka yakni nggak punya sidik jadi. Appu Sarker, generasi paling muda dalam dalam keluarga ini berkata kalau kelainan ini hanya terjadi pada anggota keluarga laki-laki.

Appu juga mengungkapkan bahwa kakeknya juga memiliki kelainan ini. Hanya, sang kakek nggak mengalami masalah sama sekali sebagaimana yang dia alami sekarang mengingat sidik jari atau Dermatogyph kini termasuk dalam data identitas yang sangat penting.

Nggak hanya di kartu identitas, sidik jari juga bisa dicek saat melakukan perjalanan jauh atau sekadar untuk membuka ponsel. Hal inilah yang membuat Appu dan sejumlah anggota keluarganya mengalami kesulitan.

Kejadian kurang menyenangkan pernah Appu atau anggota keluarga lainnya dapati adalah saat harus membuat kartu identitas nasional Bangladesh. Para petugas sampai kebingungan membuat kartu identitas untuk Amal Sarker, ayahnya. Akhirnya, pada kartu identitas tersebut tertulis “TANPA SIDIK JARI”.

Hal yang sama juga terjadi saat mereka membuat SIM dan paspor. Alhasil, kini mereka memakai keterangan sidik jari di SIM dengan sidik jari ibu Appu.

Mengurus administrasi jadi serba sulit karena nggak ada sidik jari. (BBC Indonesia)<br>

Kondisi langka yang dialami oleh keluarga Sarker disebut dengan Adermatoglyphia. Kondisi ini kali pertama diungkap secara luas pada 2007 oleh Peter Itin, seorang dokter kulit di Swiss yang memeriksa seorang perempuan yang kesulitan masuk ke AS karena masalah yang sama.

Setelah pemeriksaaan bersama timnya, Profesor Itin menemukan bahwa perempuan itu dan delapan anggota keluarganya sama-sama memiliki kondisi yang yang sangat langka, yakni bantalan jari yang datar dan berkurangnya jumlah kelenjar keringat di tangan.

"Kasusnya sangat jarang, dan hanya beberapa keluarga yang baru terdokumentasikan," kata Prof Itin.

Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, kelainan ini akhirnya diberi nama Adermatoglyphia. Hanya, Prof Itin menjulukinya sebagai "immigration delay disease (penyakit penundaan imigrasi)", setelah pasien pertamanya kesulitan masuk ke AS. Kondisi ini bisa menurun ke beberapa generasi dalam sebuah keluarga.

Kasus di keluarga Sarker ini telah didiagnosis seorang dokter di Bangladesh sebagai palmoplantar keratoderma bawaan. Nah, menurut Prof Itin, kondisi dalam keluarga ini sepertinya adalah perkembangan kelainan menjadi Adermatoglyphia sekunder yang juga dapat menyebabkan kulit kering dan berkurangnya keringat di telapak tangan dan kaki.

Penampakan telapak tangan tanpa sidik jari. (BBC Indonesia)<br>

Masalahnya, meski kelainan ini sudah diungkap, hal ini nggak membuat keluarga Sarker bisa hidup dengan nyaman. Mereka tetap saja mengalami masalah-masalah lain akibat nggak adanya sidik jari.

Sebagai contoh, meski Amal dan Appu Sarker sudah mendapatkan kartu identitas baru yang khusus dari pemerintah Bangladesh, mereka masih kesulitan mendapatkan SIM. Padahal, di kartu identitas baru, sudah ada keterangan medis dan data biometrik hasil pemindaian retina dan wajah.

"Saya letih menjelaskan situasinya lagi dan lagi. Saya bertanya pada banyak orang untuk mendapatkan nasihat, namun tak ada dari mereka yang bisa memberi saya jawaban pasti," kata Appu.

Kini, Appu berharap bisa segera mendapatkan paspor karena ingin bepergian keluar Bangladesh. Dia berharap bisa segera menemukan solusi atas masalah tidak adanya sidik jari yang dialaminya.

Wah, nggak nyangka, ya Millens, ada kelainan unik dan sangat merepotkan seperti ini. (Bbc/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: