BerandaHits
Selasa, 15 Feb 2021 16:00

Sejarah 'Flower Language', Karangan Bunga dengan Makna Beda-Beda

Apa makna karangan bunga? (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Karangan bunga punya makna yang berbeda-beda. Hal ini nggak terlepas dari sejarahnya yang panjang dari masa lalu. Bagaimana perkembangannya hingga kini?

Inibaru.id – Siapa sih yang menolak saat diberi buket bunga? Namun ternyata karangan bunga yang bermacam-macam ini punya makna yang berbeda-beda. Kini, karangan bunga yang lazim ditemui biasanya berasal dari Eropa di Era Victoria dan bahkan di Tiongkok dan Jepang.

Lalu apa sih makna karangan bunga yang biasanya kita temui?

Floriografi atau bahasa bunga muncul ada era Victoria (1837-1901) untuk mengartikan berbagai makna yang dikaitkan dengan bunga. Floriografi terkenal di Inggris Victoria dan Amerika Serikat selama abad ke-19. Namun floriografi mulai digunakan orang Persia dan Turki pada abad ke-15.

Saat itu, bunga digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pesan yang tidak sesuai dengan norma sosial. Kemudian, orang-orang di era Victoria mengembangkan bahasa bunga ke tingkat yang lebih jauh.

Saat itu terdapat ketidakadilan sosial yang ekstrem sehingga orang biasa mengirim pesan rahasia. Ya, dengan bunga mereka mengungkapkan sesuatu yang nggak bisa disampaikan secara blak-blakan di masa yang menuntut kesopanan yang tinggi ini.

Munculnya Kamus Bahasa Bunga

Kapan kamus bahasa bunga muncul? (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Selanjutnya Penerbit Prancis mulai mengeluarkan kamus bunga yang ditujukan untuk menjelaskan makna bunga pada abad ke-19. Kamus ini bertujuan untuk menyebarkan bahasa bunga.

Saking pentingnya, orang-orang pada saat itu sampai membawa kamus bahasa bunga ke mana-mana. Hingga pada abad ke-20, terdapat lebih dari 100 kamus bunga di seluruh dunia!

Namun, makin lama bahasa bunga malah semakin membingungkan karena adanya pemahaman arti bunga yang berbeda-beda. Di Jepang, Floriografi nggak berkembang seperti yang terjadi di Barat karena cenderung memanusiakan tanaman dan nggak menggunakan bunga sebagai kiasan ataupun pesan.

Bahasa Bunga di Jepang

Apakah masih relevan hingga kini? (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Untuk itu, bahasa bunga di Jepang memiliki serangkaian simbol sendiri. Pada periode Heian, simbolisme bunga mulai muncul dalam teater, puisi, dan novel pertama di Jepang. Bahasa Jepang juga memungkinkan penuturnya melihat hubungan antara emosi manusia dan alam.

Berbeda halnya dengan floriografi dari budaya dan bahasa Inggris, Millens! Karena dalam budaya Jepang, fenomena alam memiliki kehidupan spiritual dan kekuatan tersendiri.

Hal ini tercermin dari cerita alam teater khas Jepang bernama Noh yang merupakan cerita tentang bunga atau pohon. Pepohonan dan bunga dalam cerita ini menampakkan dirinya sebagai jelmaan dewa atau Buddha. Bahkan dalam berbagai cerita rakyat Jepang juga menampilkan pohon dan roh bunga yang dapat menikahi manusia.

Namun bahasa bunga ini mulai ditinggalkan setelah Perang Dunia I selesai. Orang-orang pada masa ini lebih fokus pada perbaikan ekonomi dan pemulihan negara setelah perang. Untuk menyampaikan pesan, orang-orang akan menggunakan media sosial atau dengan cara lain.

Pun kini dalam pernikahan, karangan bunga nggak memiliki makna apapun selain sebagai pemanis. Namun dalam pernikahan Kate Middleton, karangan bunga dibuat sedemikian rupa berdasarkan bahasa bunga era Victoria.

Meksi sudah banyak yang meninggalkan bahasa bunga, siapa sih yang nggak terkesan jika diberi seikat bunga sebagai tanda cinta? (Bob/IB27/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: