BerandaHits
Minggu, 5 Agu 2017 04:25

Sejarah Berulang, Kamera Analog dan Roll Film Ngehits Lagi

Kamera Analog dan Roll Film. (Foto: Terlalurisky-wordpress.com)

Sejarah terus berulang, beberapa waktu terakhir keberadaan kamera analog dan roll film kembali digandrungi kaum milenials. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa komunitas pehobi kamera analog yang belakangan ini nangkring di sosial media instagram.

Inibaru.id - Orang bijak pernah mengatakan, sejarah akan terus berulang. Ya, mungkin contoh paling mudah adalah budaya retro yang justru saat ini digandrungi kaum millenials. Segala hal yang dulu ngetren, kemudian menjadi hal usang, kini menjadi sesuatu yang kembali ngehits. Salah satunya adalah roll film.

Di era kamera digital, roll film adalah teknologi usang yang telah ditinggalkan masyarakat sekitar satu dekade silam. Selain usang, roll film juga menjadi produk ribet bagi masyarakat modern yang menginginkan kemudahan untuk memotret gambar, mengedit, bahkan membagikannya secara digital pula, via media daring.

Dalam penggunaannya, roll film ini akan selalu dipasangkan dengan kamera analog. Untuk mendapatkan gambar, pengguna kamera analog harus memasang roll film terlebih dahulu sebelum memotret. Setelah memotret, ia juga harus ke tempat cuci film untuk mencetaknya. Hasilnya pun tak bisa diedit langsung.

Meski demikian, ada sebagian orang yang masih rindu dengan proses ribet nan lawas ini. Mereka adalah para pehobi kamera film analog.

Dilansir dari Kompas.com, peredaran konten dari pehobi kamera analog ini bisa diintip di Instagram, dengan memasukkan tanda pagar alias hashtag #indo35mm, # 35mm, #35mmfilm, #35mmfilmphotography, #filmisnotdead, dan sejenisnya.

Sedangkan untuk melihat  hasil jepretan kamera analog khusus dari pehobi Tanah Air, bisa menengok tagar #indo35mm. Pantauan KompasTekno, Rabu (2/8), tak kurang dari 150.000 foto dengan hashtag #indo35mm bertebaran di Instagram.

Penggunaan tagar 35mm ini sebenarnya merujuk pada jenis roll film paling umum yang digunakan kamera analog. Warna-warna foto yang dihasilkan jepretan kamera analog sejatinya mirip dengan preset pada aplikasi pengeditan foto digital semacam VSCO, SnapSeed, dan kawanannya.

Efek-efek umum dari kamera analog semacam flare atau burn pun tersedia pada beberapa aplikasi pengeditan foto digital. Namun lagi-lagi, ini bukan soal hasil tapi lebih ke proses.

Cukup rumit memang, bahkan dari proses penjepretan hingga melihat hasil foto ada beberapa langkah dasar yang perlu dilewati pehobi kamera analog dari.

Pertama, harus memiliki kamera cum roll film saat ini terhitung jarang di pasaran. Kemudian, hasil jepretan pun tak bisa serta-merta dinikmati, melainkan menunggu roll film habis, kemudian baru rol dicuci untuk melihat hasilnya. Sementara untuk dipamerkan via media sosial, foto itu harus di-scan lebih dulu.

"Tapi justru di situ letak kemewahannya. Pas lihat hasil cucinya, bisa sesuai ekspektasi, melebihi ekspektasi, atau nggak sesuai. Jadinya seru," ujar pehobi kamera analog sekaligus founder dari ruang kreatif Saka Space, Fahmy Siddiq, dinukil dari Kompas.com.

Perkara cuci foto pun perlu perjuangan. Anda harus terlebih dahulu mencari dan meriset tempat cuci foto mana yang bisa diandalkan.

"Kalau gue biasanya cuci foto di Soup N Film STC. Jadi kalau lagi di Jakarta aja baru nyuci film. Soalnya kalau di sembarang tempat warnanya suka berubah," kata pehobi kamera analog, Azmi Mudhoffar, yang berdomisili di Malang.

Di Soup N Film di STC Senayan Jakarta, sendiri, diketahui peminat kamera analog memang kembali massif. Rata-rata ada 100-an orang yang cuci film dalam sehari. Mereka harus merogoh kocek sekitar Rp 50.000 per roll film dan menunggu hasil cucinya selama 14 hari. (OS/IB)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: