BerandaHits
Rabu, 1 Jun 2021 13:00

Punya Garis Pantai Terpanjang di Dunia, Kok Bisa Indonesia Masih Impor Garam?

Ilustrasi: Indonesia masih impor garam meski punya garis pantai terpanjang di dunia. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Setelah Kanada, Indonesia adalah pemilik garis pantai terpanjang di dunia. Sayangnya, fakta ini nggak selaras dengan kebijakan pemerintah yang membuat kita masih impor garam. Apa alasan dari keputusan untuk masih mengimpor ini, ya?

Inibaru.id – Indonesia adalah salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Logikanya, kita punya keunggulan dalam hal hasil laut, termasuk garam. Namun, realitanya hingga sekarang Indonesia masih impor garam. Kok bisa, ya?

Tahu nggak, seberapa panjang total garis pantai di Indonesia? Yap, panjangnya adalah 99.093 km. Hanya, kalau menurut Kepala Badan Informasi Geospasial Priyadi Kardono, kalau pemetaan dilakukan dengan lebih mendetail, bisa jadi panjang garis pantai di Indonesia melebihi 100 ribu km. Hal ini membuat Indonesia jadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

Sebenarnya, saat Susi Pudjiastuti masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2015 lalu, dia sempat mengutarakan keinginan menjadikan Indonesia swasembada garam. Sayangnya, hingga sekarang hal itu nggak terwujud. Bahkan, berdasarkan data 2020 lalu, setidaknya 2,61 juta ton garam diimpor ke Tanah Air, meningkat dari hanya 2,59 juta ton pada 2019 lalu.

Pada Januari dan Februari 2021 lalu saja, lebih dari 80 ribu ton garam sudah diimpor Indonesia. Jumlahnya memang menurun jika dibandingkan periode yang sama pada 2020, tapi tetap saja kita masih ketergantungan dengan garam impor. Ironis?

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengaku Indonesia masih kekurangan pasokan garam. Akhirnya, pemerintah pun memutuskan untuk mengimpor demi menutupi kekurangan tersebut. Hal ini pun sudah diizinkan oleh Undang-undang Cipta Kerja.

Petani garam di Indonesia masih memakai cara tradisional sehingga kualitas dan kuantitas produksi garamnya rendah. (Flickr/ Brian Evans)

Pada Oktober 2020 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut produksi garam Indonesia memang cenderung rendah. Sebagai contoh, jika kebutuhan garam Tanah Air pada 2020 lalu mencapai 4 juta ton, Indonesia baru bisa memproduksi garam sendiri sebanyak 2 juta ton. Bahkan, data pada September 2020 lalu menguak fakta bahwa lebih dari 738 ribu ton garam produksi dalam negeri justru nggak diserap industri lokal.

Lantas, kok bisa produksi garam lokal masih rendah? Nah, Jokowi punya alasannya. Yang pertama, kualitas garam nasional cenderung masih rendah. Penggunaan teknologi untuk memproduksi garam seperti washing plant juga belum maksimal. Hal yang sama juga terjadi pada bagian pasca-produksi seperti buruknya kualitas dan kuantitas gudang untuk menyimpan garam.

Lahan produksi garam di Indonesia juga nggak banyak meski sudah menyebar di 10 provinsi. Kebanyakan petani garam masih memakai metode lawas, yakni menguapkan air laut. Padahal, tambak garam jumlahnya semakin menurun. Selain itu, teknik membuat garam ini hanya bisa dilakukan di musim kemarau.

Pemerintah sendiri dianggap belum serius melakukan modernisasi produksi garam nasional. Dukungan terhadap petani garam masih rendah sehingga mereka pun seperti memproduksi garam seadanya, dengan cara seadanya, dan hasilnya adalah kualitas garam yang juga seadanya.

Jadi, kalau ada lagi yang bertanya mengapa Indonesia masih impor garam meski kita punya garis pantai terpanjang di dunia? Sudah tahu kan apa saja alasannya, Millens? (Cnb,Sol/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: