BerandaHits
Sabtu, 10 Jul 2020 13:07

Punya 700 Penghargaan, Siswa Ini Nggak Lolos Masuk SMA di Jakarta

Aristawidya Maheswari, siswi berprestasi SMP yang nggak diterima di SMA negeri manapun di Jakarta. (Antara/Andi Firdaus)

Dari semua jalur pendaftaran yang diikuti Arista untuk masuk SMA, semuanya gagal. Padahal, dia sudah menyertakan sederet prestasinya. Seperti apa ya penjelasan Dinas Pendidikan DKI Jakarta terkait hal ini?<br>

Inibaru.id - Meski punya 700 penghargaan, nggak menjamin Aristawidya Maheswari diterima di SMA manapun di Jakarta. Realitanya, dia nggak lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021. Apa penyebabnya?

Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Syaefuloh Hidayat menjelaskan alumnus SMPN 92 Jakarta tersebut memang telah ikut beberapa jalur PPDB tahun ini. Arista mendaftar jalur afirmasi pada tanggal 19 Juni 2020. Dia memilih SMA 12, SMA 6, dan SMA 121, tetapi nggak diterima karena kalah dari segi usia.

"Seleksinya yang pertama adalah memenuhi kriteria afirmasi. Seleksi kedua memang kita menggunakan usia. Memang Arista ini usianya 15 tahun 8 bulan 2 hari pada saat PPDB," ucap Syaefuloh pada Kamis (9/7/2020).

Arista kemudian ikut jalur zonasi pada tanggal 26 Juni dengan menggunakan nilai rapor. Dia mendaftar di SMA 36, 59, dan SMA 53. Sayangnya, usahanya kembali menemui jalan buntu. Nilai rapor Arista sebanyak 7.763 masih dianggak nggak cukup karena nilai minimum yang diterima di SMA 12 8.265 dan SMA 21 8.486.

Punya segudang prestasi nggak cukup juga membantu Arista melenggang ke SMA pilihannya. (WartaKota)<br>

Jalur prestasi non-akademis pun telah Arista coba. Hasilnya juga gagal karena prestasi yang diajukan oleh Arista adalah prestasi tingkat kotamadya. Hal ini dianggap nggak cukup karena jika ingin masuk ke jenjang SMA, Disdik DKI baru mau memberikan tambahan nilai kalau prestasinya di tingkatan provinsi, nasional, dan internasional.

Arista mengaku punya trofi kejuaraan tingkat nasional. Namun, Syaefuloh bersikukuh kalau sang siswa nggak menyertakannya saat mendaftar. Sebagai catatan, semua prestasi yang diraih Arista adalah di bidang seni lukis.

"Yang di-upload ke dalam sistem itu adalah sertifikat juara 1 tingkat kota. Kami kan melihat fakta," kata dia.

Disdik sudah menawarkan alternatif sekolah untuk Arista, namun titik temu belum didapatkan. Saat ditawarkan untuk masuk ke PKBM paket kesetaraan, Arista menolak. Dia ingin masuk ke SMA 12 meski nilainya nggak cukup.

Nenek Arista, Siwi Purwanti juga sudah berupaya penuh untuk mendaftarkan sekolah cucunya. (WartaKota)<br>

Meski demikian, Syaefuloh mengaku bakal kembali mengutus jajarannya untuk menawarkan Arista masuk ke sekolah swasta.

"Kami tetap menawarkan ada PKBM paket kesetaraan paket C itu negeri dan menurut kami tidak ada bedanya antara kesetaraan dengan SMA formal. Kemudian kami juga tawarkan kalau mau ke SMA swasta ini akan didampingi, kalau kesulitan kita bantu komunikasi dengan sekolah," tutupnya.

Nenek Arista, Siwi Purwanti (60), juga menceritakan kisahnya yang sudah berusaha sebaik mungkin mendaftarkan cucunya melalui beberapa jalur PPDB, mulai dari jalur prestasi non-akademik, afirmasi untuk pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP), zonasi, hingga prestasi akademik.

Namun, Arista selalu gagal meraih kursi sekolah negeri melalui jalur-jalur PPDB tersebut. Saat mengikuti jalur prestasi non-akademik, Arista pun nggak lolos meski sudah menyertakan semua prestasi yang sudah digenggamnya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).

"Saya coba (mendaftarkan Arista di) enam sekolah, pertama di SMAN 12, 61, dan 21, gagal karena usia. Dicoba lagi ke SMAN 36, 59, dan 53, sama tidak keterima, kalah usia," ungkap Siwi.

Semoga bocah berprestasi ini segera diberi jalan untuk melanjutkan jenjang sekolahnya ya, Millens. (Kom/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024