BerandaHits
Rabu, 26 Nov 2024 16:41

Perubahan Iklim Masih Jadi Tantangan, Kolaborasi Semua Pihak Demi Masa Depan Bumi Diperlukan

Konferensi 'Kesiapan Pemerintah Indonesia Menghadapi Isu Perubahan Iklim: Arah Ambisi, Tantangan Ekonomi, Diplomasi, dan Isu Transisi Berkeadilan' digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) dan ClimateWorks, Sabtu (23/11/2024). (SIEJ)

Isu perubahan iklim terus menghadirkan tantangan serius, mulai dari pendanaan, teknologi, hingga inklusivitas. Para ahli menyoroti pentingnya kesadaran bersama dan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi dampaknya yang kian membahayakan kehidupan, termasuk kelompok rentan seperti difabel.

Inibaru.id - Hingga kini, isu perubahan iklim terus menghadapi tantangan serius, baik di tingkat nasional maupun global. Berbagai persoalan, mulai dari komitmen pemerintah hingga kesadaran masyarakat, menjadi penghambat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Dalam konferensi bertajuk “Kesiapan Pemerintah Indonesia Menghadapi Isu Perubahan Iklim: Arah Ambisi, Tantangan Ekonomi, Diplomasi, dan Isu Transisi Berkeadilan” yang diselenggarakan oleh Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) dan ClimateWorks, Mahawan Karuniasa, anggota Indonesia Stakeholder Steering Group (ISSG) sekaligus Founder/CEO Environment Issue, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Dia menjelaskan, Indonesia telah mengalami lebih dari 5.000 bencana alam akibat fenomena hidrometeorologi dalam dua dekade terakhir. Kondisi ini juga terjadi di negara lain, seperti banjir ekstrem di Valencia, Spanyol, di mana curah hujan setahun turun dalam waktu delapan jam. Selain itu, dia juga menyoroti ancaman dari kenaikan suhu bumi yang sudah mendekati ambang batas Paris Agreement.

“Sayangnya di tahun 2024 ini, kenaikan suhu permukaan bumi akan meningkat lebih dari 1,5 derajat Celsius. Karena tahun lalu di 2023 sudah 1,4.derajat Celsius. Akhir Desember, BMKG di seluruh dunia akan mengeluarkan angka terbaru. Persoalannya untuk mengatasinya rumit dan tidak mudah. Produksi emisi Indonesia di tahun lalu kurang lebih 1 miliar ton. Kalau total seluruh dunia, kalau dijumlah kurang lebih 56 miliar ton. Paling banyak menghasilkan adalah Amerika Serikat. Melihat sejarahnya, paling banyak menghasilkan 500 giga ton,” ujar Mahawan, Sabtu (23/11/2024).

Tantangan Pendanaan dan Komitmen Nasional

Peralihan energi fosil menuju energi terbarukan membutuhkan dana yang besar. (Pixabay)

Mahawan menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen mengurangi emisi dan tentunya mitigasi perubahan iklim membutuhkan sumber daya yang besar. “Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi emisi sebanyak 32 persen. Beberapa waktu yang lalu sudah membuat rencana. Untuk mengimplementasi butuh kapasitas, butuh teknologi dan butuh duit," kata Mahawan.

Lebih lanjut Mahawan membaca dari Reuters, Presiden Prabowo mengatakan akan mewujudkan emisi bersih pada 2050 atau lebih cepat. Target negara maju adalah 2050. Namun, hitungan ini nggak sesuai dengan hitungan KLHK yaitu pada 2060.

Sementara itu, peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menambahkan bahwa transisi dari energi fosil ke energi terbarukan memerlukan biaya tinggi, sekitar Rp4.002,4 triliun hingga 2060. “Kebutuhan pendanaan mitigasi mencapai Rp308 triliun per tahun, jauh di atas anggaran pemerintah sebesar Rp81,4 triliun,” ujarnya.

Heri juga menggarisbawahi kendala lain, seperti tenaga kerja yang belum terlatih di sektor energi hijau, ketergantungan pada tenaga asing, serta infrastruktur dan regulasi yang masih belum memadai.

Peran Kelompok Rentan dalam Isu Perubahan Iklim

Selain tantangan teknis dan finansial, inklusivitas menjadi sorotan penting. Farhan Helmy, Presiden Pergerakan Penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (DILANS) Indonesia, menilai bahwa kelompok difabel sering terabaikan dalam kebijakan perubahan iklim.

“Prinsip ‘no one left behind’ dan ‘nothing about us without us’ harus menjadi dasar dalam kebijakan inklusif. Kelompok difabel sering kali merasakan dampak yang lebih berat, namun jarang dilibatkan,” tegasnya.

Farhan mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, media, dan komunitas, untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang pentingnya membangun bumi yang lestari dengan melibatkan semua kelompok, termasuk yang rentan.

Literasi Iklim yang Masih Rendah

Bambang Brodjonegoro, Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi, menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim. Dia mencontohkan fenomena banjir rob di pesisir utara Jawa yang hanya dipahami segelintir orang sebagai akibat dari pemanasan global.

Menurut Bambang, negara maju juga harus meningkatkan komitmen pendanaan mitigasi risiko perubahan iklim. “Komitmen pendanaan di level internasional semakin melemah, sementara tantangan dalam negeri masih sangat besar,” ungkapnya.

Para narasumber sepakat bahwa tantangan perubahan iklim membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Baik pemerintah, masyarakat, kelompok rentan, maupun komunitas internasional, harus bekerja sama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Hanya dengan langkah nyata, ancaman perubahan iklim dapat diminimalkan demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.

Semakin lama Bumi makin nggak baik-baik saja. Sudah seharusnya kita segera mengambil langkah nyata untuk menyelamatkannya meskipun tampak kecil. Kita bisa memulainya dari rumah seperti berhenti berbelanja fast fashion dan menggunakan produk ramah lingkungan. Gimana menurutmu, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: