BerandaHits
Minggu, 6 Agu 2022 13:05

Perjalanan Ketoprak; Dari Kesenian hingga Makanan

Ketoprak merupakan seni pertunjukkan panggung yang menggabungkan drama, tari, musik, dan kostum. (Gnfi/DPRD-DIY)

Bagi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, ketoprak adalah seni pertunjukan yang mirip dengan teater. Bagi masyarakat Jawa Barat, ketoprak adalah nama makanan. Meski berbeda, keduanya memiliki sejarah yang saling berkait.

Inibaru.id - Istilah ketoprak mempunyai dua makna. Kebanyakan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur mengartikan ketoprak adalah seni pertunjukkan pangung yang serupa dengan wayang orang. Sedangkan masyarakat Jawa Barat memaknai ketoprak adalah makanan tradisional yang biasa dijajakan pejualnya menggunakan gerobak.

Yang belum tahu sejarahnya bakal berpikir makna ketoprak yang satu dengan yang lain nggak ada hubungannya. Tapi tahukah kamu jika keduanya justru saling terkait?

Seniman Kuswadji Kaswindrasusanto menjelaskan bahwa kedua istilah ketoprak mempunyai sejarah yang saling berhubungan. Menurut urutan waktu, ketoprak yang bermakna seni pertunjukkan lebih dulu muncul ketimbang ketoprak dengan makna makanan.

Sejarah Ketoprak Sebagai Seni Pertunjukan

Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat mirip teater yang populer di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Cerita yang diangkat berupa cerita rakyat, pewayangan, dan lain-lain.

Ketoprak berasal dari bunyi ‘prak prak prak’ yang muncul dari alat musik tradisional tiprak saat pertunjukkan digelar. Tiprak adalah alat musik untuk mengusir burung-burung yang menyerang tanaman pertanian. Bunyi inilah yang kemudian membuat orang-orang Jawa pada zaman dahulu menyebut pertunjukan ini sebagai ketoprak.

Awalnya, ketoprak hanya dilakukan orang pedesaan saat bulan purnama untuk mengisi waktu luang. Sembari melakukan sandiwara, mereka memukul lesung dengan irama tertentu. Lama-lama, ditambahkan dengan nyanyian atau tembang dengan alunan musik gendang, suling, dan terbang. Sejak saat itulah, mulai muncul kelompok ketoprak lesung.

Sejarah mencatat pertunjukkan ketoprak lengkap kali pertama digelar pada 1909. Nama grup yang mementaskannya adalah Ketoprak Wreksotomo yang dibentuk oleh Ki Wisangkoro. Setelah itu, pada 1925, Kelompok Ketoprak Kridha Madya Utama dari Solo jadi yang kali pertama menggelar pertunjukan di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Demangan.

Sejak saat itu, ketoprak semakin berkembang. Musiknya diiringi gamelan. Selain itu, ketoprak juga semakin meriah dengan kostum yang menarik, tembang, hingga tarian. Jenis cerita rakyat yang digelar juga semakin bervariasi.

Ketoprak Jadi Nama Makanan

Ketoprak sebagai makanan merupakan hidangan yang terdiri dari ketupat, tahu goreng, bihun, metimun, tauge, telur rebus dan bumbu kacang. (Kompas/Shutterstock/Ariyani Tedjo)

Pada 1 Agustus 1963, koran Berita Indonesia sempat mewartakan tentang asal mula ketoprak jadi nama makanan. Dalam tulisan itu diceritakan penyebutan ketoprak sebagai nama makanan terjadi di Kampung Jawa, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat pada 1930-1931.

Kala itu, Kampung Jawa dihuni oleh orang-orang dari Paguyuban Ketoprak Langenharjo pimpinan Ki Joyosukarno dari Madiun, Jawa Timur. Mereka melakukan pementasan ketoprak tobong (ketoprak keliling) setiap malam.

Sayangnya, pada awal 1930-an, terjadi resesi ekonomi parah di Nusantara. Pertunjukan ketoprak pun nggak selalu menghasilkan uang. Mereka kemudian mencari solusi lain untuk mendapatkan penghasilan yaitu dengan berjualan makanan yang dibuat dari bahan ketupat, tahu goreng, dengan tambahan bumbu kacang.

Makanan ini dijual di dalam wadah yang dipikul berkeliling sekitar kampung. Warga sekitar yang tahu kalau yang berjualan adalah para pemain ketoprak, memanggilnya dengan “Ketoprak! Prak! Ketoprak” saat akan membelinya. Sejak saat itulah, kuliner ini dikenal dengan nama ketoprak.

Wah, menarik banget menyimak asal usul ketoprak ini ya, Millens. Bisa nih sekali-sekali nonton ketoprak sambil makan ketoprak. Ha-ha. (Ran,Wik,Goo/IB09/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: