BerandaHits
Selasa, 17 Nov 2025 17:54

Paparan Timbal pada 8 Juta Anak Indonesia; Ancaman Sunyi yang Menggerus Masa Depan

Sekitar 8 juta anak Indonesia terpapar timbal di atas ambang batas WHO. (via Asian Parent)

Paparan timbal menjadi ancaman sunyi bagi jutaan anak Indonesia. Data IHME 2021 menunjukkan sekitar 8 juta anak sudah memiliki kadar timbal dalam darah di atas batas aman WHO, memicu kekhawatiran serius tentang dampaknya terhadap kecerdasan, perilaku, dan kesehatan jangka panjang.


Inibaru.id - Ketika berbicara soal ancaman kesehatan anak, perhatian publik biasanya tertuju pada gizi buruk, polusi udara, atau penyakit infeksi. Namun, ada bahaya lain yang bekerja diam-diam. Ia bergerak tanpa bau, tanpa warna, tanpa gejala yang kasat mata tapi dampaknya bisa menghantam satu generasi. Yap, paparan timbal!

Data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2021 mengungkapkan, 8 juta anak Indonesia memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikrogram per desiliter, melewati batas ambang yang ditetapkan WHO.

Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Wahyu Pudji Nugraheni, menyebutkan bahwa angka tersebut menunjukkan situasi yang sangat mengkhawatirkan. Dalam webinar pada Kamis (13/11/2025), dia menjelaskan bahwa paparan timbal berdampak langsung pada berbagai aspek tumbuh kembang anak.

“Dari kajian literatur, ada tujuh gangguan utama akibat paparan timbal yang berhasil kami identifikasi,” ujarnya.

Dampak paling serius adalah penurunan kemampuan kognitif yang bisa menurunkan IQ secara permanen. Selain itu, timbal juga memicu gangguan perkembangan, keterlambatan tumbuh, gangguan perilaku, masalah perhatian, anemia, kerusakan ginjal, hingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular di masa dewasa. Semua efek tersebut bersifat irreversibel (kerusakan yang sudah terjadi nggak bisa dipulihkan).

Salah satu penyakit yang diakibatkan paparan timbal adalah penyakit ginjal. (Alodokter)

Analisis Global Burden of Disease (GBD) 2023 menunjukkan pola yang menguatkan kekhawatiran ini. Sejak 1990 hingga 2023, beban penyakit akibat timbal terus meningkat, memperlihatkan tren memburuk selama tiga dekade terakhir. Indonesia bahkan menempati posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara terkait DALYs (Disability Adjusted Life Years) akibat paparan timbal, berada tepat di bawah Myanmar.

Yang mengejutkan, penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua kondisi dengan beban tertinggi akibat paparan timbal selama 33 tahun terakhir. Timbal bekerja secara perlahan, merusak pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan memicu stres oksidatif. Dampaknya nggak berhenti pada anak-anak risiko jangka panjang mulai terlihat signifikan sejak usia 40 tahun dan memuncak pada kelompok usia 95 tahun ke atas.

“Efek toksik jangka panjang timbal bersifat kumulatif dan semakin memperparah kondisi kesehatan lansia yang sudah rentan,” ujar Pudji.

Secara global, paparan timbal diperkirakan menyebabkan 1 juta kematian per tahun, dengan negara berkembang menanggung beban terbesar. Di tingkat ekonomi, kerugian akibat penurunan IQ dan produktivitas diperkirakan mencapai 1–3 persen dari PDB negara berkembang. Angka ini mencerminkan betapa mahalnya dampak dari racun yang nggak terlihat ini.

Meski begitu, penelitian khusus tentang kerugian ekonomi akibat paparan timbal pada anak di Indonesia masih minim. BRIN menilai riset lebih dalam sangat diperlukan agar pemerintah memiliki dasar ilmiah yang kuat untuk memperkuat regulasi, memperketat pengawasan, dan melindungi generasi muda dari paparan timbal yang selama ini luput dari perhatian.

Bahaya timbal adalah ancaman sunyi. tapi bukan berarti nggak bisa dicegah ya, Gez. Kini, tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah melihatnya sebagai prioritas nyata sebelum dampaknya mengunci masa depan puluhan juta anak Indonesia. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: