Inibaru.id - Istilah "guru honorer" acap identik dengan profesi pengajar kasta terendah dalam hal penghasilan. Nggak bisa dimungkiri istilah itu muncul, karena faktanya memang biasanya begitu. Namun, istilah tersebut agaknya nggak akan lagi terdengar di Kota Semarang dalam waktu dekat.
Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memastikan nggak akan ada lagi guru yang berstatus honorer di wilayah Ibu Kota Provinsi Jateng itu mulai tahun depan. Mereka akan dialihstatuskan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), baik secara penuh maupun paruh waktu.
Komitmen ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng pada puncak peringatan Hari Guru Nasional di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang pada Selasa (26/11/2025).
"Kita harus bersyukur, karena guru honorer sudah tidak ada lagi mulai tahun 2026 nanti. Sudah kami angkat menjadi PPPK penuh waktu maupun paruh waktu," tegas Agustina.
Kebijakan ini merupakan langkah strategis guna memastikan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru di Semarang. Agustin, sapaan akrabnya, menekankan bahwa untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk dalam skema PPPK, setiap guru harus tersertifikasi.
"Tiap guru harus tersertifikasi melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ini menjadi upaya kami untuk menjamin menjamin ketersediaan guru yang terstandardisasi secara nasional untuk anak didik," jelasnya.
Akselerasi PPPK pada Akhir Tahun
Untuk mewujudkan target tersebut, Pemkot Semarang akan segera melakukan akselerasi. Dalam waktu dekat, sekitar 400 guru honorer akan dilantik sebagai PPPK. Pelantikan diperkirakan pada akhir Desember 2025.
"Mereka akan mulai bekerja pada 1 Januari 2026. Dengan 400 guru yang akan masuk pada 1 Januari itu, maka kebutuhan guru di Kota Semarang sudah terpenuhi semuanya," papar Agustin.
Dengan pengangkatan massal ini, istilah-istilah seperti guru bantu, honorer, atau outsourcing di lingkungan Pemkot Semarang akan dihapuskan. Kebijakan serupa juga berlaku untuk pengisian jabatan kepala sekolah, yang prosesnya telah dimulai dengan pendidikan dan pelatihan (diklat) beberapa waktu lalu.
Selain mengumumkan alih status guru honorer, pada peringatan Hari Guru itu Agustin juga menyampaikan apresiasi tertinggi atas dedikasi guru yang luar biasa hebat dalam mendidik generasi muda penerus bangsa.
Dia mengaku akan terus mendorong para guru untuk mengikuti perkembangan zaman.
"Kami mengapresiasi dan akan terus mendorong para guru mengikuti perkembangan, termasuk dalam penyampaian materi, agar lebih mudah dipahami anak; supaya pola pengajarannya tidak konvensional, sehingga jarak antara guru dan murid itu bisa didekatkan lagi," tandasnya.
Dekat dengan anak didik berarti bisa mengerti mereka. Jadi, alih-alih siswa yang memahami guru (top down), pengajarlah yang mengerti peserta didiknya. Menarik ya, Gez? (Murjangkung/E10)
