BerandaHits
Selasa, 4 Mei 2020 10:20

Meski Nggak Ada Kenaikan, LRC-KJHAM Sebut Kasus KDRT Saat Pandemi Seperti Fenomena Gunung Es

Ilustrasi KDRT. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Isu kenaikan angka kekerasan dalam rumah tangga akibat pandemi dijawab oleh kepala PPA DP3AK Semarang Budi Satmoko. Menanggapi hal ini, direktur LRC-KJHAM mengungkapkan angka pelaporan bukan menjadi patokan besarnya kasus.

Inibaru.id - Masa pendemi memaksa seluruh anggota keluarga untuk beraktivitas di rumah. Bukan tak mungkin, istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ikut "terperangkap" di dalam rumah. Angka kekerasan tehadap perempuan dikatakan bakal naik selama pandemi. Tapi pendapat ini dibantah oleh Budi Satmoko, kepala bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang.

Menurutnya selama bulan Maret belum ada kenaikan kasus KDRT yang diasumsikan sebagai dampak pandemi. Hal ini menurutnya masih sama dengan hari-hari biasa.

Data kekerasandi Kota Semarang selama 2020. (http://dp3a.semarangkota.go.id/)

“Data yang kami miliki datanya masih linier, bulan kemarin masih 9 orang yang lapor dan masih dalam tingkat kewajaran,” tutur Budi.

Data ini dia sampaikan menurut angka laporan KDRT yang didapatkan dari berbagai pintu pelaporan yang ada di Kota Semarang. Angka KDRT di Kota Semarang dari awal tahun hingga 30 April menurut laman http://ppt.dp3a.semarangkota.go.id/ menunjukkan angka sebesar 34 kasus.

Di sana tercantum, kasus pelaporan KDRT paling tinggi ada pada Januari yakni sebesar 10 kasus dan terendah pada April sebanyak 5 kasus. Menurut Budi, landainya tren pelaporan ini bukan disebabkan oleh akses masyarakat dalam melaporkan KDRT yang terhambat oleh pembatasan sosial. Teknik pelaporan kasus KDRT ini bisa melalui berbagai LSM di Kota Semarang, PPTK yang ada di setiap kecamatan, website D3AK Semarang, atau secara langsung ke kantor DP3AK.

Fenomena Gunung Es

DP3AK Semarang. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Direktur Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi manusia (LRC-KJHA) Nur Laila Hafidhoh menganggap minimnya laporan kasus KDRT ini sebagai fenomena gunung es yang hanya tampak pada permukaan. Dari 54 kasus di Jawa Tengah yang telah diterima lembaganya dari awal tahun disebutkan bahwa kebanyakan kasus merupakan kekerasan terhadap perempuan.

Dia menyebutkan bahwa naik turunnya tren KDRT saat pandemi ini nggak bisa dia jadikan patokan. Hal ini disebabkan karena akses yang mungkin menyulitkan korban untuk melapor.

“Melihat data tersebut tidak bisa dilihat naik atau turun karena berubah-ubah. Kita juga perlu pertimbangkan soal akses perempuan (korban) yang bisa mengadukan kasusnya,” tutur Yaya, panggilan akrab Nur Laila Hafidhoh.

Menurutnya, berbagai layanan pelaporan secara daring saat masa pandemi ini bisa menjadi penyebab minimnya pelaporan karena tak semua korban dapat mengakses internet dan teknologi. Pembatasan fisik dan sosial juga membuat korban tak punya kesempatan untuk bercerita kepada orang lain seperti tetangga terhadap apa yang dialaminya.

“Yang tidak terlaporkan bisa jadi lebih banyak,” tambah Yaya.

Semoga nggak ada lagi mengalami KDRT ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: