Inibaru.id – Karena Indonesia nggak mengenal musim dingin, fenomena suhu mencapai titik beku bahkan minus tentu bikin heboh. Hal inilah yang terjadi di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dalam sepekan belakangan, suhu di sana sangat dingin hingga menyebabkan kemunculan fenomena embun es.
Menurut keterangan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dieng Sri Utami, sampai Senin (31/7/2023), suhu di Dieng terus mencapai titik beku dalam beberapa hari belakangan.
“Iya, sudah 6 hari berturut-turut embun es terjadi di kompleks candi,” terang Sri sebagaimana dilansir dari Detik, Senin (31/7).
Suhu dingin yang menusuk tulang dan fenomena embun es yang membuat hamparan rerumputan di sekitar candi seperti bersalju tentu menarik perhatian masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan suhu panas sepanjang tahun. Dampaknya, pada akhir pekan lalu, Dieng sampai dikunjungi lebih dari 10 ribu wisatawan. Padahal, pada akhir pekan, biasanya hanya sekitar 7 ribu sampai 10 ribu pengunjung yang datang.
Dinanti Wisatawan, Dikeluhkan Petani
Sayangnya, di balik keindahan fenomena embun es yang menarik perhatian wisatawan, banyak petani lokal yang resah. Soalnya, embun es ini ternyata bisa bikin tanaman yang sudah dirawat dengan sepenuh hati oleh para petani jadi mati. Hal inilah yang dikeluhkan salah seorang petani setempat, Suwandi.
“Kalau embun esnya tebal, bisa layu semua, mati tanaman kentang. Apalagi kalau sudah berumur 50 hari,” ceritanya sebagaimana dilansir dari Suara, Senin (31/7).
Yang lebih bikin resah, kalau menurut kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya, embun es pada bulan Juli bisa dikatakan masih tipis. Kalau pada bulan Agustus, suhu saat dini hari lebih dingin dan embun es yang terbentuk semakin tebal. Pada saat itulah, pasti banyak tanaman kentang yang mati.
Lantas, apakah nggak ada antisipasi yang dilakukan para petani agar tanaman kentang bisa terselamatkan? Kalau menurut Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono, sebenarnya sih sudah ada, Millens.
“Yang pertama tanaman ditutupi dengan kantong atau jaring agar nggak terkena embun upas (istilah lokal embun es di Dieng). Tapi hal itu berarti harus nambah biaya lagi. Selain itu, kami bisa menanam tanaman gelonggong di antara tanaman-tanaman kentang. Harapannya agar embun esnya cuma sampai di tanaman gelonggong itu,” ungkap Slamet sebagaimana dikutip dari Suara, Selasa (25/6/2019).
FYI, aja nih, tanaman gelonggong punya tinggi sekitar 2,5 meter. Jarak tanaman ini dengan tanaman kentang sekitar 30 sentimeter saja. Logikanya, seharusnya embun es hanya akan mencapai tanaman tersebut dan nggak sampai turun ke tanaman kentang. Meski begitu, cara ini kurang efektif jika embun esnya sangat tebal. Kalau sudah begitu, pasti akan menyentuh tanaman kentang dan membuatnya mati.
Sebenarnya, ada juga cara lain, yaitu melakukan penyiraman pada embun es yang mulai terbentuk. Tapi, cara itu butuh usaha ekstra karena petani harus bangun pada dini hari dan menghadapi suhu udara yang bisa saja lebih rendah dari 0 derajat Celcius.
“Iya sebenarnya embun upas bisa disiram jadi bisa mencegah tanaman layu. Tapi hal itu berat dilakukan karena kami harus melakukannya pukul 03.00. Waktu itulah embun upas mulai terbentuk,” jelasnya.
Hm, semoga saja ada solusi lain yang lebih efektif untuk menghadapi fenomena yang datang setiap tahun ini, ya! (Arie Widodo/E10)