BerandaHits
Minggu, 1 Jun 2024 17:00

Menyeduh Kopi Lokal di Atas Vespa bersama Veskop Pati

Peti kayu Veskop ini sengaja didesain sedemikian rupa untuk berjualan kopi. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Di atas vespa tua kesayangannya, dengan tekun barista Veskop Pati menyeduh kopi lokal yang dibawanya. Aromanya harum, terasa pas untuk mengakhiri hari yang padat merayap.

Inibaru.id - Sore yang melelahkan. Setelah berkutat dengan hari yang padat merayap, menghadiahi diri dengan secangkir kopi menjadi hal yang wajib saya lakukan. Mumpung di Kabupaten Pati, saya pun menyempatkan diri ke Veskop, kedai kopi pinggir jalan yang sederhana, tapi bikin nagih banget.

Untuk disebut kedai, tampat ngopi kepunyaan Hendra Irawan ini sejatinya kurang tepat, karena hanya berupa peralatan kopi dalam boks yang dibonceng di atas sebuah skuter tua, seperti namanya yakni Veskop alias Vespa Kopi.

Sekitar pukul 16.30 WIB saya tiba di spot ngopi yang berlokasi di Desa Tendas, Kecamatan Tayu itu. Tempatnya tepat berada di belakang SMA N 1 Tayu. Saban hari, Hendra memang biasa memarkir vespanya di tempat tersebut, di tepi area persawahan yang cukup mudah dijangkau dari jalan raya.

Saya tiba saat teman saya tersebut baru saja selesai menata alat peracik kopinya. "Es kapucino?" tembak Hendra sembari tersenyum begitu melihat muka saya menyembul di hadapannya. Saya mengiyakan, tertawa, lalu melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk.

Banyak Dilalui Orang

Hendra sedang mengantarkan kopi pesanan pelanggannya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Sepelemparan batu dari skuter Hendra, saya menemukan tempat yang masih lowong, sepetak tikar plastik sederhana yang digelar di tepi jalan yang bersisian langsung dengan sawah, bersebelahan dengan sejumlah anak muda yang juga menghabiskan sore di tempat tersebut.

Oya, Hendra mendirikan Veskop pada Agustus 2023. Sebelumnya, lelaki 23 tahun itu memang suka menghabiskan sore di tempat tersebut lantaran pemandangannya bagus dan bisa melihat sunset di balik siluet Gunung Muria.

"Tempat ini banyak dilewati orang juga," tuturnya ketika saya mencuri tanya di tengah kesibukannya meracik kopi. "Ya, semula asal jualan saja. Alhamdulillah masyarakat dan petani di sini welcome, jadi diteruskan sampai sekarang."

Dengan bangga, dia juga menambahkan, konsep jualan kopi di atas vespa belum ada di Tayu. Baru dirinya seorang. Sebelumnya memang sudah ada yang jualan kopi pakai motor, tapi bukan skuter. Nah, karena penasaran, orang-orang pun jadi berdatangan.

Membawa Sejumlah Misi

Kopi buatan Hendra siap disuguhkan untuk para pelanggan. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Bukan tanpa alasan Hendra memilih skuter klasik sebagai "kedai" untuk berjualan. Selain unik, dia juga ingin tempat tersebut bisa menjadi titik kumpul klub yang diikutinya yakni Komunitas Vespa Mania Tayu yang belakangan mulai jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing.

"Aku pengin mereka gayeng lagi. Lumayan berhasil, sih. Beberapa pencinta vespa di Tayu sering nongkrong di sini," jelasnya sembari mengangsurkan es kapucino lalu sejenak menemani saya menikmati sore.

Misi lainnya, dia pengin memperkenalkan brand kopi lokal Pati milik temannya. Menurutnya, kopi dari Pangonan, Tlogowungu, itu memiliki aroma yang berkarakter juga. Produk kopi ini dijual bersanding dengan kopi sasetan yang biar bagaimana pun masih cukup diminati para pelanggannya.

"Terus, aku juga pengin mereka yang nongkrong di sini, yang rata-rata anak muda, nggak gengsi untuk bikin usaha. Kalau punya ide apa pun yang positif dan menguntungkan, menurutku sebaiknya segera dieksekusi, jangan cuma direncanakan," tegasnya, lalu pamit untuk kembali ke tempatnya karena ada pelanggan yang datang.

Sore itu, saya memutuskan untuk tinggal agak lama di situ; menghabiskan kapucino sembari menikmati langit yang perlahan menggelap di ufuk barat. Sesekali saya melihat Hendra yang sibuk menyeduh kopi lokal di atas vespanya.

Sesaat setelah gelas kopi tandas, saya pun pulang, diikuti lambaian tangan Hendra dari kejauhan. Fyuh, saatnya kembali ke dunia nyata! Ha-ha. (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024