BerandaHits
Selasa, 18 Jan 2021 15:21

Menyandang Status 'Organisasi Terlarang', Ketua FPI Jateng: Biasa Saja!

Salah satu spanduk Habib Rizieq yang tersisa di markas laskar FPI Semarang. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Surat Keputusan Bersama (SKB) yang menetapkan FPI sebagai organisasi terlarang menjadi polemik karena dianggap cacat prosedur. Namun, rupanya hal ini dianggap biasa saja oleh para penggawa ormas bernapaskan Islam tersebut, nggak terkecuali Ketua FPI Jateng.

Inibaru.id – Meski ada yang mendukung pembubaran Front Pembela Islam (FPI), pmberedelan organisasi itu melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) pada 30 Desember 2020 lalu masih menyisakan kekecewaan sejumlah pihak. Saya pun berpikir, gimana kelanjutan ormas yang sudah terlajur eksis ini?

Perlu kamu tahu, SKB yang ditandatangani Mendagri, Menkumham, Menkominfo, Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Kepala BNPT, memastikan bahwa FPI adalah organisasi terlarang. Artinya, segala hal, termasuk kegiatan, atribut, dan logo, dari organisasi tersebut dilarang di Indonesia.

Saya semula menerka, para eks pengurus FPI bakal kecewa berat dengan pembubaran ini. Penuh perasaan canggung saya menanyakan hal ini kepada Ketua FPI Jawa Tengah KH Syihabudin. Via telepon, Selasa (12/1/2021), dia mengatakan bahwa para anggota menanggapinya biasa saja.

“Karena rezimnya zalim, kami maklum kalau rezimnya memusuhi kelompok-kelompok yang menegakkan keadilan, memusuhi kezaliman!” seru lelaki yang akrab disapa Syihab itu mengawali pembicaraan, belum lama ini, yang jujur saja langsung bikin saya tercengang.

Wawancara telepon dengan eks ketua FPI Jawa Tengah. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Ya, Syihab paham betul pembubaran ini nggak sesuai dengan prosedur hukum. Menurutnya, pelarangan ini nggak sah karena seharusnya diputuskan melalui pengadilan, alih-alih penerbitan SKB. Namun, nasi telah menjadi bubur. Kendati dibubarkan, dia memastikan bahwa kegiatan eks FPI masih berjalan.

“Ruh FPI akan jalan terus, kegiatan kami walau nggak pakai nama FPI, atau (memakai) FPI yang lain, akan berjalan, tidak ada berhentinya!” tegas dia.

Akan Jadi Lebih Besar

Kemungkinan berdirinya organisasi "kloningan" FPI atau yang kerap disebut FPI 0.2 agaknya memang bukanlah isapan jempol belaka. Menurut Syihab, tinggal menunggu waktu FPI yang baru akan menjadi lebih besar.

“FPI dibubarkan, akan lahir FPI lagi, yang lebih besar," klaimnya, yang juga mengungkapkan bahwa meraka kemungkinan akan memakai nama Front Persaudaraan Islam untuk meneruskan cita-cita FPI.

Foto Habib Rizieq yang bersanding dengan eks ketua laskar FPI Jawa Tengah. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Sebelumnya, Syihab mengungkapkan, para eks FPI sepakat menggunakan nama “front persatuan” sebagai pengganti "front pembela". Nama ini juga sudah diiyakan petinggi mereka. Namun, karena "persatuan islam" merujuk pada Persis, organisasi lain yang juga berasas Islam, mereka ganti lagi.

"DPP (dewan pimpinan pusat) kemudian mengambil nama 'front persaudaraan' (sebagai pengganti front pembela),” ungkap pengasuh Ponpes Al Hadist Kebonsari, Desa Wonoboyo, Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, itu.

Dia menambahkan, eks FPI akan terus bergerak untuk menepati amar makruf nahi munkar. Menurutnya amar makruf merupakan tugas seluruh umat islam, sementara FPI hanya sarana kendaraan saja.

"Kalau kendaraan direbut atau dirusak, beli kendaraan baru,” terangnya, dengan nada yang agak meninggi. "Sebenarnya kami marah karena ini kendaraan kami. Namun, kami nggak masalah. Kami akan bergerak terus selama masih ada kemungkaran di Indonesia,” tandasnya.

Wawancara yang sejatinya nggak begitu panjang ini pun selesai. Singkat, tapi terasa sangat panjang. Saya berharap, jika memang FPI terlahir kembali, ada wajah baru yang lebih ramah dalam organisasi tersebut. Mungkinkah? (Zulfa Anisah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024