BerandaHits
Jumat, 5 Okt 2023 11:59

Mengulik Kisah saat Mangga Dianggap Buah Istimewa di Tiongkok

Buah mangga saat disakralkan di Tiongkok. (Bbc)

Di sini, mangga dianggap sebagai buah musiman yang biasa saja. Tapi, di Tiongkok, mangga pernah dianggap sangat istimewa. Saking istimewanya, buah ini sempat ditempatkan di altar kuil untuk dipuja, lo!

Inibaru.id – Di balik puncak musim kemarau yang bikin suhu udara menyengat dan sumber air menyusut, ada musim lain yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu banyak orang di Indonesia, yaitu musim manga. Pada musim buah manis yang satu ini, pasokan mangga di pasaran melimpah sehingga kamu bisa membelinya dengan harga murah.

Kalau di Indonesia mangga hanya dianggap sebagai buah musiman biasa, hal berbeda justru terjadi di Tiongkok. Di sana, buah yang satu ini pernah dianggap sebagai buah istimewa dan memengaruhi sejarahnya. Seperti apa ya ceritanya?

Kisah mangga dan Tiongkok yang unik ini terjadi kurang lebih lima dekade silam, tepatnya saat Revolusi Budaya berlangsung.

Semua bermula pada 1966. Mao Zedong mengeluarkan seruan bagi siswa Red Guards (Pengawal Merah) untuk melakukan pemberontakan melawan pemerintah. Alasannya, dia pengin masyarakat kembali ke cara dan pemikiran tradisional. Sayangnya, bukannya bersatu, pada 1968, para Red Guards justru terbagi menjadi beberapa kelompok dan bersaing untuk memperebutkan kekuasaan.

Jengah dengan panasnya situasi, Mao kemudian mengirim 30 ribu pekerja untuk menguasai Universitas Qinghua di Beijing hanya dengan bekal Little Red Book. Bukannya takut, para siswa Red Guards justru menyerang para pekerja tersebut dengan tombak dan asam sulfat. Dampaknya fatal, lima orang meninggal dan 700 orang terluka.

Mao kemudian memberikan sekitar 40 buah mangga kepada para pekerja tersebut sebagai tanda terima kasih. Mangga-mangga tersebut baru dia dapatkan sehari sebelumnya dari Menteri Luar Negeri Pakistan. Nggak disangka, buah tersebut langsung menarik perhatian banyak orang.

“Sebelumnya nggak ada satu pun orang dari Tiongkok Utara yang pernah tahu atau melihat mangga. Para pekerja itu terus memandanginya, mencium aromanya, dan menganggap buah tersebut sebagai buah ajaib,” ucap sejarawan Freda Murck sebagaimana dilansir dari Bbc, (11/2/2016).

Buah mangga dianggap istimewa karena sebelumnya belum pernah ada orang yang melihatnya atau mengetahuinya. (Bbc)

Banyak pihak, termasuk dari para siswa Red Guards yang sedang berseteru pada akhirnya teralihkan perhatiannya dan memilih untuk mencari tahu lebih dalam tentang mangga. Tensi di Tiongkok menurun drastis hanya gara-gara buah tersebut. Oleh karena itulah, mangga pun kemudian dianggap masyarakat Tiongkok sebagai simbol berakhirnya Revolusi Budaya.

Lucunya, karena dianggap sebagai simbol penting, bukannya dimakan layaknya buah pada umumnya, mangga-mangga yang didapat para pekerja tersebut justru “diawetkan” dengan bahan kimia dan dilapisi dengan lilin. Mangga tersebut kemudian disimpan di dalam wadah kaca.

Para Pekerja Revolusi memang diperbolehkan untuk menyentuh buah yang disakralkan tersebut. Tapi mereka diwanti-wanti untuk melakukannya dengan sangat hati-hati dan akan ditegur jika merusaknya.

“Aku masih ingat ada satu buah mangga yang dikirim secara khusus dengan prosesi luar biasa, diiringi dengan tabuhan drum dan orang-orang yang berjejeran dari sebuah pabrik ke bandara. Di sana, sebuah pesawat khusus disewa hanya untuk menerbangkan sebuah mangga ke sebuah pabrik di Shangai,” ucap Wang Xiaoping, salah satu pekerja dari Beijing No 1 Machine Tool Plant.

Saat ada satu buah mangga mulai membusuk, para pekerja mengupasnya dan merebus dagingnya. Setiap pekerja di pabrik kemudian diperbolehkan untuk mencicipinya sesendok. Rasanya yang masih enak membuat orang-orang di Tiongkok kemudian semakin menganggapnya sebagai buah ajaib.

Kehebohan mangga pun semakin menjadi sana. Buah ini bahkan sampai ditempatkan di altar-altar kuil. Di sana, para pekerja bisa berdoa atau memuja buah tersebut sebelum bekerja.

Mangga juga dijadikan desain pada piring, cangkir, sprei, dan lain-lain. Benda-benda tersebut tentu saja laris di pasaran. Apalagi, buah ini kemudian dianggap setara layaknya jamur atau buah persik yang bisa membuat semua orang yang memilikinya panjang umur.

Tapi, histeria mangga di Tiongkok hanya berlangsung selama 18 bulan. Replika mangga dari lilin yang sebelumnya dianggap sebagai benda sakral kemudian dipakai sebagai lilin pengganti saat pemadaman listrik besar-besaran terjadi di sana hingga berhari-hari. Apalagi, setelah itu mangga semakin mudah didapatkan di Tiongkok.

“Anak muda sekarang bisa membelinya di mana-mana dan memakannya kapan saja. Mereka tidak tahu kalau generasi ayah ibunya, kakek neneknya, pernah mengalami masa di mana mangga dulu dianggap sangat istimewa,” pungkas Wang.

Wah, kita pun nggak menyangka buah mangga yang sekarang melimpah jumlahnya di sekitar kita pernah menjadi buah mewah dan istimewa di Tiongkok. (Arie widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024