Inibaru.id – Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada empat tokoh Tanah Air, yakni almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat, almarhumah Laksamana Malahayati dari Aceh, almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan almarhum Lafran Pane dari DI Yogyakarta. Upacara penganugerahan gelar ini dilaksakanan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 5 November 2011. Plakat tanda jasa serta penghargaan gelar pahlawan nasional diberikan pada ahli waris.
Penetapan keempat tokoh tersebut menjadi pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden No 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan.
Baca juga: Bunga Rafflesia di Bengkulu Sengaja Dirusak
Hartono Laras, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial menyebutkan ada beberapa syarat umum dan khusus untuk menjadikan seorang tokoh ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh presiden. Semua tokoh ini telah memenuhi semua persyaratan tersebut.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid adalah seorang nasionalis pejuang kemerdekaan, dai, ulama, dan tokoh pendidikan emansipatoris. Tokoh yang dilahirkan pada 19 April 1908 dan wafat pada 21 Oktober 1997 ini adalah pendiri organisasi Nahdlatul Wathan yang merupakan organisasi Islam terbesar di Pulau Lombok. Ia juga dikenal sangat memperhatikan dunia pendidian dan agama.
Laksamana Malahayati adalah tokoh pejuang dari Nanggroe Aceh Darussalam. Malahayati yang merupakan laksamana perempuan pertama dari Aceh lahir pada tahun 1550 dan wafat pada 1615. Ia pernah membentuk pasukan “Inong Balee” yang terdiri atas janda para prajurit Aceh yang dikenal mahir dalam menunggang kuda dan menembakkan Meriam. Pada tahun 1559, armada laut yang dipimpin Malahayati berperang melawan Belanda dan menewaskan Cornelis de Houtman. Tujuh tahun kemudian, bersama dengan Sultan Iskandar Muda, Malahayati berhasil mengalahkan armada laut Portugal.
Baca juga:
Ironi Tugu Antikorupsi yang Dikorupsi
Bhayangkara FC, (Calon) Juara yang Jadi Sasaran Cibiran
Sultan Mahmud Riayat Syah yang dilahirkan pada Agustus 1760 dan wafat pada 12 Januari 1812 adalah seorang sultan yang berhasil mengalahkan Belanda sekaligus meledakkan Kapal Komando Belanda Malaka’s Walvaren dalam Perang Riau 1 (1782-1784). Pada tahun 1984, Ia juga menolak ajakan damai dari Belanda dan berperang melawan pasukan pimpinan Pieter Jacob van Braam.
Lafran pane dilahirkan di Sipirok, 12 April 1923 dan wafat di Yogyakarta pada 25 Januari 1991. Pane adalah pemprakarsa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pad 5 Februari 1947. Organisasi ini secara konsisten menolak gagasan Negara Islam yang digagas Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pemimpin gerakan Darul Islam. Ia juga penentang pergantian ideologi negara dari Pancasila menjadi komunisme. (AW/SA)