BerandaHits
Sabtu, 1 Mar 2024 21:12

Mengapa Ada Korban Pelecehan Seksual yang Butuh Waktu Lama untuk Melapor?

Bagi sebagian korban pelecehan seksual, melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib nggak mudah. (Kompas)

Melaporkan kejadian nggak mengenakkan yang menimpa kita kepada yang berwajib adalah hal yang seharusnya dilakukan. Apalagi jika itu adalah kasus serius seperti pelecehan seksual. Tapi, ada sebagian korban yang membutuhkan waktu lama untuk melapor dan baru muncul setelah kejadian itu berlalu. Apa sebabnya?

Inibaru.id - Melaporkan kejadian nggak mengenakkan terutama pelecehan seksual yang kita alami merupakan langkah tepat. Terkadang, korban pelecehan seksual membutuhkan waktu yang lama untuk melapor atas berbagai alasan yang kompleks.

Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa banyak korban memerlukan waktu yang lama untuk melaporkan pelecehan seksual:

1. Trauma Emosional

Pelecehan seksual dapat menyebabkan trauma emosional yang sangat dalam bagi korban. Mereka mungkin mengalami rasa malu, rasa bersalah, dan rasa takut. Proses menghadapi dan memproses trauma ini bisa sangat sulit dan memakan waktu. Kadang-kadang, korban mungkin memerlukan waktu untuk mengumpulkan keberanian dan kekuatan emosional untuk menghadapi situasi tersebut.

2. Stigma dan Penyalahgunaan

Terkadang, korban merasa takut akan mendapat stigma tertentu. (via FK UI)

Banyak korban pelecehan seksual merasa stigmatisasi atau takut akan penyalahgunaan lebih lanjut jika mereka melaporkan kejahatan tersebut. Mereka mungkin khawatir tentang bagaimana orang lain akan bereaksi, termasuk keluarga, teman, atau masyarakat secara umum. Hal ini dapat menyebabkan korban merasa terisolasi atau nggak mendapat dukungan yang diperlukan untuk melaporkan pelecehan tersebut.

3. Rasa Nggak Percaya Terhadap Sistem Hukum

Beberapa korban pelecehan seksual mungkin merasa nggak percaya terhadap sistem hukum atau proses peradilan. Mereka mungkin takut bahwa mereka nggak akan dipercaya, bahwa pelaku nggak akan dihukum, atau bahwa mereka akan mengalami lebih banyak traumatisasi dalam prosesnya. Hal ini dapat menjadi hambatan serius dalam memutuskan untuk melaporkan pelecehan seksual.

4. Ketergantungan Ekonomi atau Sosial

Korban pelecehan seksual sering kali terjebak dalam hubungan yang nggak sehat dengan pelaku, terutama jika pelaku adalah anggota keluarga, teman, atau kolega kerja. Mereka mungkin bergantung pada pelaku untuk dukungan finansial atau sosial, dan khawatir bahwa melaporkan pelecehan tersebut akan mengancam stabilitas mereka secara ekonomi atau sosial.

5. Ketidakpercayaan Diri

Beberapa korban mungkin merasa nggak percaya diri atau merasa bahwa mereka sendiri yang bersalah atas pelecehan yang mereka alami. Mereka mungkin mengalami perasaan rendah diri atau merasa bahwa mereka nggak akan dipercaya atau didengar jika mereka melaporkan pelecehan tersebut.

6. Kurangnya Pendidikan atau Informasi

Kadang-kadang, korban pelecehan seksual mungkin nggak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah pelecehan seksual, atau bahwa mereka memiliki hak untuk melaporkannya. Kurangnya pendidikan atau informasi tentang pelecehan seksual dan proses melapor juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan korban memerlukan waktu yang lama untuk melaporkan kejahatan tersebut.

Dengan memahami kompleksitas alasan-alasan di atas, penting bagi masyarakat untuk mendukung korban pelecehan seksual dengan cara menyediakan ruang aman, dukungan emosional, dan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk melaporkan kejahatan tersebut.

Hal ini dapat membantu korban merasa lebih kuat dan didukung dalam menghadapi proses melapor dan memulihkan diri dari pelecehan seksual yang mereka alami. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024