BerandaHits
Senin, 17 Jul 2022 09:12

Meneropong Fenomena 'Citayam Fashion Week' dari Kacamata Sosiologi

Jeje Slebew, sosok yang viral berkat fenomena 'Citayam Fashion Week'. (@ichihanaone/Instagram via Okezone)

Namanya juga anak muda, maunya eksis terus. Barangkali ini juga yang menjadi motivasi para remaja belasan tahun yang rajin kumpul-kumpul di kawasan Sudirman Jakarta melalui 'Citayam Fashion Week'. Seperti apa ya para sosiolog menjelaskan fenomena ini?

Inibaru.id – Muda mudi yang berkumpul di suatu tempat memang bukan hal baru. Keberadaan mereka juga berpotensi menciptakan tren-tren tertentu.

Nah, kamu mungkin mengetahui fenomena muda-mudi yang berkumpul di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Mereka nggak cuma nongkrong tapi juga mengekspresikan diri lewat "Citayam Fashion Week". Para remaja berusia belasan tahun tersebut mayoritas berasal dari daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Citayam dan Bojong Gede di Bogor, Millens.

O ya, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman atau dikenal dengan SCBD kerap diasosiasikan sebagai kawasan elit lagi eksklusif. Tapi, belakangan kawasan tersebut menjadi tempat nongkrong muda-mudi dengan memamerkan berbagai jenis mode pakaian. Uniknya, pakaian yang mereka gunakan jauh dari jenama-jenama fashion populer.

Menanggapi hal ini, Sosiolog Universitas Udayana Bali Wahyu Budi Nugroho, S. Sos., MA menyebutkan, ada beberapa dampak sosial yang bisa muncul dari fenomena 'Citayam Fashion Week', salah satunya budaya konsumerisme. Menurut Wahyu, bisa jadi mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk menunjang penampilan semata ketimbang hal-hal lain yang lebih produktif.

"Misalnya untuk pendidikan mereka, apalagi jika mereka sampai harus berutang atau mengajukan kredit agar bisa berpenampilan seperti yang mereka inginkan," kata Wahyu, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (16/7/2022).

Sesama anak Jakarta 'perang' outfit di Citayam Fashion Week. (Suara/Alfian Winanto)

Wahyu juga mengatakan, fenomena ini juga berpotensi melahirkan social distinction atau jarak sosial dengan muda-mudi lain. Maklum, mereka menggunakan kode-kode atau simbol tertentu dalam fashion bisa saja memunculkan definisi tentang apa yang dianggap keren dan nggak keren, apa yang bagus dan nggak bagus, serta apa yang dianggap kekinian dan nggak kekinian di kalangan anak muda.

"Mereka yang dianggap tidak keren, tidak bagus, atau tidak kekinian bisa tereksklusi atau tersisihkan dari dunia pergaulan, karena memang salah satu akibat dari fashion adalah menciptakan struktur sosial semudalam dunia pergaulan," kata Wahyu.

Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan bahwa fenomena tersebut lama-kelamaan bakal ditiru oleh muda-mudi di daerah lain di Indonesia. Secara sosiologis, kata dia, fenomena masyarakat tontonan memang selalu berpotensi meluaskan skala pengaruhnya, apalagi jika sudah diliput media massa.

Tren yang Datang dan Pergi

Meskipun terlihat seru dan menyenangkan, tapi menurut pengamatan Sosiolog Universitas Nasional, Nia Elvina, fenomena kumpul remaja lewat "Citayam Fashion Week" nggak akan bertahan lama. Dia menggolongkan fenomena ini sebagai budaya populer yang datang dan pergi.

"Saya kira fenomena ini merupakan cerminan dari budaya populer atau dengan kata lain budaya rendahan karena budaya muncul dan pergi, jadi tidak bertahan lama," jelas Nia melalui pesan singkat, Kamis (14/7/2022).

Karena merupakan budaya populer, Nia menyarankan agar para remaja itu diberikan alternatif pengembangan bakat atau minat di ranah yang lebih berkualitas. Hal ini dirasa penting mengingat tantangan generasi muda ke depannya akan lebih besar dari generasi sebelumnya.

Hm, kamu tertarik juga nggak ikutan “Citayam Fashion Week”, Millens? (Rep/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: