BerandaHits
Selasa, 18 Jan 2021 20:15

Lolok, Suvenir dari Bali Berbentuk Alat Kelamin Lelaki yang Penuh Filosofi

Lolok, suvenir dari Bali berbentuk alat kelamin lelaki yang sering dituding nggak patut dijadikan buah tangan. (Flickr/shankaronline)

Di Bali, kamu pasti sering melihat suvenir seperti gantungan kunci berbentuk alat kelamin lelaki. Meski terlihat kurang patut dipertontonkan, suvenir dari Bali bernama lolok ini penuh filosofi, lo!

Inibaru.id – Berbentuk seperti potongan alat kelamin lelaki, tapi dijual di tempat-tempat wisata di Bali, itulah Lolok. Bentuknya yang agak kurang patut ini membuat suvenir khas Pulau Dewata tersebut kerap membuat si pemberi oleh-oleh sebagai sosok nan cabul. Padahal, benda itu penuh filosofi, lo!

Suvenir lolok bisa berbentuk macam-macam, mulai dari gantungan kunci, pembuka botol, asbak, hingga pajangan meja. Yakinlah, bentuknya yang sangat mencolok ini bakal menimbulkan perasaan kikuk saat kamu membelinya atau bahkan sekadar melihat-melihat.

Namun, sebetulnya, apakah lolok? Menyoal lolok, kamu perlu mengenal Lingga, atribut Dewa Siwa, salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) agama Hindu. Perlu kamu tahu, Hindu merupakan agama yang dianut sebagian besar masyarakat Bali.

Nah, lingga dianggap sebagai simbol benih atau kesuburan dari apa pun yang ada di alam semesta, yang sering disimbolkan dengan objek berbentuk tegak dan tinggi. Objek pemujaan yang melambangkan falus atau alat kemaluan Siwa ini juga disebut Siwalingga.

Contoh dari lingga bisa kamu temukan di Candi Sukuh, Candi Cetho, atau Candi Badut. Bentuk lingga bisa sekadar simbol batu atau arca tegak berdiri, memanjang, atau benar-benar berbentuk organ vital laki-laki. Lawan dari lingga adalah Yoni, atribut berbentuk organ vital perempuan.

Lalu, Kaitannya dengan Lolok?

Lolok dianggap sebagai bagian budaya Bali. (Flickr/shankaronline)

Lolok dianggap sebagai salah satu simbol dari lingga. Lolok nggak hanya dijadikan gantungan kunci, tapi juga pembuka botol dan bahkan asbak. Masyarakat Bali menerima kerajinan lolok sebagai bagian dari seni budaya di sana, sebagaimana kata antropolog Pande Made Kutanegara.

“Lolok sebenarnya adalah kreasi para seniman, yang diterima masyarakat Bali,” ungkap dosen antropologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut, yang juga mengatakan bahwa lolok bukanlah sesuatu yang saru atau nggak senonoh di Bali.

Pande menambahkan, masyarakat Bali nggak pernah mempermasalahkan ketelanjangan karena sejak dulu mereka sudah terbiasa. Kamu yang pernah melihat foto-foto lawas di Bali yang menunjukkan para perempuan tanpa penutup dada tentu tahu maksudnya.

Selain itu, masih menurut Pande, nggak sedikit permandian umum di Bali yang nggak memberi tabir atau pembatas antara perempuan dengan laki-laki. Jaraknya pun berdekatan.

“Saat 1980-an dulu, nggak ada nafsu meski melihat tubuh perempuan mandi. Terkadang kami juga bertegur sapa,” kenang dosen yang masa remajanya dihabiskan di Bali itu.

Nah, karena keterbukaan organ vital pada tubuh dianggap sebagai hal biasa, lolok pun nggak dianggap tabu oleh sebagian besar orang Bali. Ini tentu saja berbeda dengan para wisatawan yang melihat dari kacamata budayanya sendiri.

Wah, jadi tahu! So, nggak perlu ragu untuk membeli lolok atau suvenir dari Bali berbentuk alat kelamin lelaki ini. Kalau ada yang tanya, katakanlah kamu sedang membeli barang penuh filosofi yang merupakan lambang kesuburan Dewa Siwa! Ha-ha. (Cnn/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: