BerandaHits
Sabtu, 16 Feb 2024 10:51

Konsumsi Minuman Manis Sudah Mengkhawatirkan, Penerapan Cukai Diperlukan

Jenis minuman berpemanis yang meningkat paling signifikan adalah teh, sirup hinga soda. (Stutterstock)

Indonesia darurat minuman manis! Jika nggak segera dikendalikan dengan menerapkan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), generasi muda Indonesia bisa terancam penyakit diabetes dan obesitas.

Inibaru.id - Hampir semua orang menyukai minuman manis. Tapi, ada beberapa orang bisa mengontrol konsumsinya, ada juga yang jauh melewati batas. Padahal, informasi tentang risiko kebanyakan gula bisa menyebabkan diabetes militus dan obesitas sudah menjadi pengetahuan umum.

Di Indonesia sendiri sekarang sudah termasuk dalam darurat minuman manis nih, Millens. Bagaimana nggak, konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) di Indonesia menempati posisi ketiga tertinggi di wilayah ASEAN. Tingkat konsumsi MBDK itu mencapai 1-6 kali per minggu sehingga memicu timbulnya penyakit tidak menular di masyarakat.

Chief Research and Policy CISDI Olivia Herlinda mengatakan, tren konsumsi MBDK di Indonesia mengalami peningkatan 15 kali lipat dalam 20 tahun terakhir.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Eva Susanti mengatakan, di penghujung Januari 2024, angka penyakit tidak menular dalam kurun 10 tahun terakhir meningkat dua kali lipat.

“Catatan Kemenkes RI menunjukkan dalam kurun 20 tahun terakhir konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan rupanya sudah meningkat 15 kali lipat. Dari 700-an ribu liter menjadi 51 juta liter dalam setahun. Industri sudah setuju, kita juga sudah memberikan analisis studinya,” ujarnya, dikutip dari Media Indonesia (15/2/2024).

Kenyataan ini terlihat miris ya, Millens? Bayangkan saja, kelompok terbanyak yang mengonsumsi MBDK adalah para remaja. Beberapa tahun lagi, mereka adalah generasi yang akan menggerakkan perekonomian negara dan jalannya pemerintahan. Jika nggak ada regulasi untuk mengantisipasi hal ini, bagaimana nasib bangsa kita?

Cukai MBDK

Penerapan cukai MBDK dapat mendorong masyarakat untuk beralih pada produk minuman yang rendah gula atau bahkan tanpa gula. (Istimewa)

Agar permasalahan kesehatan ini nggak berlarut-larut, Olivia Herlinda mendesak agar pemerintah segera menerapkan cukai MBDK.

"Pengendalian konsumsi MBDK melalui penerapan cukai masih terus didorong oleh sejumlah pihak. Riset kami mengestimasi kenaikan paling tidak 20% harga dapat menurunkan konsumsi masyarakat akan minuman pemanis sebesar rerata 17,5%," jelasnya.

Dengan penerapan cukai pada minuman manis dalam kemasan, harapannya dapat mendorong masyarakat untuk beralih pada produk minuman yang rendah gula atau bahkan tanpa gula.

Muncul sejak 2017, wacana penerapan cukai MBDK belum juga disahkan. Indonesia dinilai tertinggal dari 50 negara yang sudah lebih dulu mengeksekusi regulasi tersebut termasuk Thailand, Filipina, hingga Malaysia. Olivia meyakini penerapan cukai yang sudah diterapkan berbagai negara itu dapat menjadi solusi.

Jika melihat tren data dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), Olivia menjelaskan, jenis minuman berpemanis yang meningkat paling signifikan adalah teh, sirup, hingga soda. Sementara minuman siap saji yang jenisnya banyak dan trennya meningkat nggak tertangkap dalam Susenas dan data lainnya.

“Agak sulit melihat data ini karena keterbatasan data di Indonesia. Tetapi data terbaru memperlihatkan bahwa kelompok minuman air teh kemasan, minuman bersoda dengan CO2, juga sari buah kemasan, minuman kesehatan dan minuman berenergi mengalami peningkatan,” jelasnya.

Melihat besarnya risiko, kamu sepakat jika cukai MBDK segera diterapkan kan, Millens? Di sisi lain, sebagai anak muda, kita sudah harus mengurangi minuman manis mulai dari sekarang. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024