BerandaHits
Sabtu, 11 Sep 2020 10:39

Jingki Ie, Pompa Air Tanpa Mesin Inovasi Keren Pemuda Asal Aceh

Bentuk pompa Jingkie Ie. (Facebook Desa Cot Jrat, Kota Juang, Bireuen)

Seorang pemuda dari sebuah desa di Aceh bernama Syukri menemukan solusi pengairan untuk daerah dataran tinggi atau yang mengalami kesulitan air dengan menciptakan sistem pipa "Jingki Ie". Pipa tersebut nggak memakai mesin dan baterai. Seperti apa ya cara kerjanya?<br>

Inibaru.id - Nama Syukri tiba-tiba saja menjadi perbincangan hangat masyarakat Aceh. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya dalam menciptakan sebuah benda yang bermanfaat bagi banyak orang. Benda yang diciptakan pemuda dari Desa Cot Jrat, Kabupten Bireuen inia dalah pipa irigasi revolusioner Jingkie Ie.

Jingkie Ie bisa dianggap sebagai sistem pipa, namun juga bisa dianggap sebagai pompa tanpa mesin, listrik, atau baterai. Yang luar biasa, sistem pipa paralel ini bisa mengairi dataran tinggi atau wilayah yang nggak mudah dijangkau oleh sungai dan aliran irigasi.

“Awalnya saya buat di desa saya tahun lalu. Semakin kemari, semakin banyak petani yang memesan alat ini. Saya bersyukur bisa membantu petani, membuat sawah mereka teraliri dengan alat sederhana ini,” kata Syukri saat dihubungi, Kamis (10/9/2020).

Syukri mengaku uji coba pipa Jingkie Ie sebenarnya sudah dia lakukan sejak 17 tahun silam. Ide awalnya sangat sederhana, yakni untuk membantu petani dalam memenuhi kebutuhan air di area persawahan. Apalagi, mayoritas sawah di Aceh berjenis tadah hujan yang sangat menggantungkan musim hujan sebagai sumber pengairannya.

Saat musim kemarau tiba, sawah-sawah ini kering dan nggak bisa ditanami karena lokasinya lebih tinggi dari sungai atau saluran irigasi. Padahal, menurut Syukri, unsur hara tanah di Aceh sangatlah bagus. Tentu sangat disayangkan jika kelebihan ini nggak dimaksimalkan hanya gara-gara nggak ada air.

Ilustrasi - Jingki Ie bisa membantu banyak petani di dataran tinggi Aceh. (Inibaru.id/ Triyawanda Tirta Aditya)<br>

Sejumlah petani di wilayah Kabupaten Gayo Lues telah memesan sistem pipa Jingkie Ie dari Syukri. Di wilayah tersebut, banyak persawahan yang berada di dataran tinggi. Sistem pipa ini pun bisa memenuhi kebutuhan air sawah-sawah tersebut sehingga diharapkan bisa membuat produksi padi melimpah.

Saat ditanya soal biaya pembuatan sistem pipa ini, Syukri menyebut biayanya cukup variatif dan tergantung pada ukuran alat. Jingkie Ie bisa disesuaikan kapasitasnya sesuai dengan luas area sawah. Dia mengaku sistem pipa buatannya bisa mengaliri hingga 20 hektare sawah!

Lantas, bagaimana bisa sistem pipa tanpa mesin, listrik, atau baterai ini bisa mengangkat air dari tempat yang lebih rendah ke sistem yang lebih tinggi? Ternyata, Syukri menggunakan teori Pascal yang intinya adalah tekanan pada zat cair di dalam ruang tertutup bisa diteruskan sama besar ke segala arah.

Berdasarkan teori ini, dia membuat sistem pipa yang bisa 'mengangkat' air dari sungai ke tempat yang lebih tinggi dengan tekanan yang cukup besar. Air yang bisa didapat sawah di dataran yang lebih tinggi pun melimpah.

Pemilihan nama Jingkie Ie ternyata sangat unik. Arti dari nama ini adalah 'Lesung Air di Bahasa Aceh. Menurut Syukri, nama ini diharapkan bisa meningkatkan kemakmuran para petani di Aceh.

“Sekarang ini saya siap memasang alat ini di mana saja. Saya juga siap kolaborasi dengan berbagai pihak. Saya buat semampu saya, membantu petani,” kata dia.

Inovasi yang sangat keren, ya Millens. Semoga saja banyak petani yang terbantu dengan sistem pipa Jingkie Ie ini. (Kom/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024