BerandaHits
Jumat, 6 Feb 2025 16:34

Jangan Biarkan Anak Berkata Kasar; Pentingnya Mengajarkan Kesopanan Sejak Dini

Jangan biarkan anak berkata kasar. (via Alodokter)

Perkataan kasar pada anak bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Kebiasaan ini bisa terbentuk dari lingkungan sekitar, media, atau bahkan tanpa sengaja dari orang tua sendiri.

Inibaru.id - Anak-anak adalah peniru ulung. Apa yang mereka dengar dan lihat di lingkungan sekitar, sering kali mereka tiru tanpa memahami sepenuhnya maknanya. Salah satu hal yang perlu diwaspadai oleh orang tua adalah kebiasaan berkata kasar.

Jika dibiarkan, hal ini bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan dan berdampak negatif pada perkembangan sosial serta emosional anak, lo.

Mengapa Anak Ngomong Kasar?

Sebelum mengambil tindakan, penting untuk memahami mengapa anak berkata kasar. Beberapa alasan umum meliputi:

1. Meniru Lingkungan: Anak sering kali mendengar kata-kata kasar dari orang tua, teman, media sosial, atau televisi dan kemudian menirunya.

2. Mencari Perhatian: Terkadang, anak berkata kasar karena ingin mendapatkan reaksi dari orang dewasa atau teman-temannya.

3. Ekspresi Emosi: Saat merasa marah, kecewa, atau frustrasi, anak mungkin menggunakan kata-kata kasar karena belum memahami cara mengungkapkan perasaannya dengan baik.

4. Kurangnya Pemahaman: Anak mungkin nggak tahu bahwa kata-kata yang mereka gunakan bersifat kasar atau nggak pantas.

Cara Mencegah Anak Berkata Kasar

Hindari memarahi anak karena berkata kasar. (via Klikdokter)

Sebagai orang tua atau pendidik, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari kebiasaan berkata kasar pada anak:

1. Menjadi Contoh yang Baik

Anak belajar dari orang dewasa di sekitarnya. Jika orang tua berbicara dengan sopan dan penuh hormat, anak juga akan meniru kebiasaan tersebut.

2. Memberikan Pemahaman yang Jelas

Jelaskan kepada anak bahwa berkata kasar nggak baik dan dapat menyakiti perasaan orang lain. Gunakan bahasa yang sederhana agar mereka mudah mengerti.

3. Berikan Alternatif dalam Mengekspresikan Emosi

Ajarkan anak cara yang lebih baik dalam mengungkapkan perasaan, seperti berbicara dengan tenang, menulis perasaan mereka, atau mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara.

4. Tetap Tenang dan Konsisten

Jika anak berkata kasar, kamu mungkin geregetan. Tapi hindari bereaksi dengan marah. Beri tahu mereka bahwa kata-kata tersebut nggak boleh digunakan dan berikan contoh kata-kata yang lebih baik.

5. Batasi Paparan Media yang Nggak Sesuai

Pastikan anak nggak terlalu sering terpapar konten media yang mengandung bahasa kasar, baik dari televisi, internet, maupun lingkungan sekitar.

6. Gunakan Konsekuensi yang Positif

Jika anak terus berkata kasar, berikan konsekuensi yang mendidik, seperti mengajak mereka meminta maaf atau memberikan tugas sederhana sebagai pengingat untuk berbicara dengan baik.

7. Berikan Pujian untuk Perilaku yang Baik

Saat anak berbicara dengan sopan, berikan pujian agar mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berkomunikasi dengan cara yang baik.

Mengajarkan anak untuk berbicara dengan sopan membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Dengan memberikan contoh yang baik, menjelaskan dampak dari berkata kasar, serta memberikan alternatif dalam mengungkapkan emosi, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang lebih santun dan memiliki empati terhadap orang lain.

Jangan biarkan kebiasaan berkata kasar berkembang, karena kesopanan adalah kunci dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan.

Hm, kalau kamu punya kiat untuk bikin anak berhenti ngomong kasar nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Indahnya Sungai Biru di Wisata Alam Bunton, Pekuncen, Banyumas

26 Jan 2025

Bersantai Sembari Menikmati Pemandangan Alam di Alun-Alun Sumowono

26 Jan 2025

Mengapa Warga Tionghoa Nggak Mau Membersihkan Rumah saat Imlek?

26 Jan 2025

Segini Biaya Sewa Baju Adat di Kota Lama Semarang

26 Jan 2025

Port USB Warna Biru di Laptop, Apa Gunanya?

26 Jan 2025

Bangun Tidur Sering Alami Ini? Waspada Kanker

26 Jan 2025

Indonesia Uji Coba Sistem 4 Hari Kerja, Adakah Negara yang Telah Menerapkannya?

27 Jan 2025

Menjelang Perayaan Imlek 2025, Perajin Barongsai Semarang Untung Besar

27 Jan 2025

Kuburan yang Kian Penuh dan Ide Makam Tumpuk di Yogyakarta

27 Jan 2025

Lomba Lari Mengejar Keju di Inggris, Seru tapi Berbahaya!

27 Jan 2025

Berburu Kuliner Tradisional di Pasar Sore Karangrandu, Jepara

27 Jan 2025

Sejarah Lalapan; Hidangan Segar Khas Nusantara yang Kaya Manfaat

27 Jan 2025

Minum Air Langsung dari Keran Bukan Angan-Angan Lagi di Salatiga

27 Jan 2025

Siswa di Jawa Tengah akan Belajar Mandiri selama Ramadan 2025; Bukan Libur, lo!

28 Jan 2025

Berkaca dari Hup Teck, Pabrik Kecap Legendaris yang Memilih 'Tutup Usia'

28 Jan 2025

Musim Telur Menetas, Waspada Ular Masuk Rumah!

28 Jan 2025

Jadi Umpatan Populer di Drakor, Seberapa Kasar Kata 'Shibal' bagi Orang Korea?

28 Jan 2025

Berkaca dari Insiden di Pantai Drini, Begini Tips Selamat saat Terseret Ombak

28 Jan 2025

Sejarah Tradisi Petik Angpao di Pohon saat Imlek, Sesi Seru yang Ditunggu

28 Jan 2025

Gapeka 2025 Berlaku, Perjalanan Kereta di Daop 4 Semarang Lebih Cepat 466 Menit

28 Jan 2025