Inibaru.id - Meski sama-sama berasal dari genus Solanum, tomat dan kentang memiliki karakter yang berbeda. Kentang (Solanum tuberosum) muncul pada bagian akar yang terbenam di tanah, sedankan buah tomat (Solanum lycopersicum) tumbuh di ranting.
Namun, siapa menyangka jika kentang modern, sumber karbohidrat yang biasa kita kukus, panggang, atau goreng ini ternyata punya "darah" tomat sebagai leluhurnya. Yap, itu bukan lelucon.
Baca Juga:
Dark AI jadi Senjata Baru Penjahat SiberSebuah temuan terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cell mengungkap bahwa kentang muncul dari hibridisasi purba antara leluhur tomat dan tanaman hasil bumi sejenis kentang.
Sekitar 9 juta tahun lalu, di wilayah Andes yang tengah terangkat, dua garis silsilah tanaman yakni petomato proto-tomat (Solanum sp.) serta Solanum Etuberosum bertemu dan menyatu. Kombinasi genetik ini menciptakan garis keturunan baru yang kemudian tumbuh menjadi tanaman kentang modern.
Ihwal Mula Penelitian
Perlu kamu tahu, kentang adalah tanaman pokok ketiga terpenting di dunia. Selama ini, para petani membudi daya kentang dengan menanam sebagian umbi ke dalam tanah. Dilihat dari mana pun, agak mengherankan mengetahui bahwa tomat yang bisa ditanam melalui biji adalah nenek moyang dari kentang.
Namun, fakta ini telah terkonfirmasi dan penelitian tersebut valid. Sanwen Huang, ahli biologi genom di Agricultural Genomics Institute di Shenzhen, Tiongkok, yang terlibat dalam penelitian ini mengaku tengah dalam misi untuk mengembangkan kentang hibrida baru saat fakta ini mencuat.
Baca Juga:
Dark AI jadi Senjata Baru Penjahat Siber"Kentang seperti yang kita kenal sekarang mengandung banyak mutasi yang dapat membuat tanaman ini lebih rapuh," tutur Huang dikutip dari National Geographic (31/7.2025). "Kami ingin membersihkannya."
Selanjutnya, para peneliti pun melakukan analisis mendalam terhadap 450 genom kentang budi daya dan 56 varietas liar. Hasil studi menunjukkan bahwa tomat menyumbang gen SP6A, semacam sinyal pembentuk umbi, sedangkan Etuberosum menyumbang gen IT1 yang mengatur batang bawah tanah pembentuk umbi.
Akar dari Evolusi Kentang
Hasil kombinasi unik antara tomat dengan etuberosum ini kemudian menjadi akar evolusi kentang sebagai tanaman penyimpan energi bawah tanah, yang kemudian bertransformasi menjadi salah satu bahan pangan utama manusia sekaligus memperkaya khazanah kuliner dunia.
Temuan ini nggak hanya memperkaya ilmu evolusi tumbuhan, tapi juga membuka jalan dalam breeding kentang modern, terutama untuk mengatasi keterbatasan mutasi merugikan, memperkuat ketahanan terhadap iklim, dan bahkan mengeksplorasi ide hibrida seperti tomat-berumbi (pomato).
Sebagaimana kita tahu, sekitar 2013 lalu pernah beredar kabar tentang "Tomtato", kependekan dari tomato dan potato di Inggris. Kala itu, perusahaan hortikultura Thompson & Morgan mengembangkan tanaman tomat yang bisa berbuah sekaligus mampu menumbuhkan umbi kentang pada akarnya.
Tanaman ini menumbuhkan lebih dari 500 buah tomat ceri dengan cita rasa manis dan segar serta kentang berukuran cukup besar di dalam tanah sekaligus. Usianya hanya satu musim dan dijual seharga 14,99 paun kala itu.
Bukan Rekayasa Genetika
Direktur Hortikultural Thompson & Morgan, Paul Hansord, menegaskan bahwa budi daya dua komoditas itu bukanlah rekayasa genetika, meski terlihat demikian. Tomtato lahir dari teknik menyambung. Hansord mengklaimnya sebagai tanaman pertama yang diproduksi secara komersial dengan rasa yang memuaskan.
“Hasil akhirnya jauh lebih unggul daripada yang saya harapkan,” ujarnya kala itu.
Hansord bercerita, ide Tomtato muncul hampir dua dekade sebelum tanaman ini berhasil dibudidayakan. Kala itu, ada yang menanam kentang di bawah pohon tomat sebagai lelucon. Dari situlah kemudian tim mulai mencoba mewujudkannya.
Butuh keterampilan tinggi untuk menyambung batang tomat dan kentang agar tumbuh seimbang. Sebelumnya, produk serupa bernama "Potato Tom" juga sempat diluncurkan di Selandia Baru.
Hasil studi yang mengatakan bahwa tomat adalah nenek moyang kentang menjadikan budi daya potato-tomato ini menjadi relevan. Jika memang bisa ditanam dalam satu tumbuhan, tentu saja ini menjadi kemajuan yang penting di sektor pertanian, bahkan ketahanan pangan. (Siti Khatijah/E10)
