BerandaHits
Senin, 27 Nov 2022 11:27

Hal Penting Sebelum Kamu Memulai Urban Farming di Rumah

Bercocok tanam bisa dilakukan di atap rumah asalkan keamanan dan persediaan air lancar. (Dekoruma)

Nggak perlu tanah yang luas, cukup di pekarangan rumah, balkon, atau atap rumah kamu sudah bisa becocok tanam versi urban farming.

Inibaru.id - Di awal masa pandemi sekitar dua tahun lalu, urban farming atau pertanian di perkotaan kian populer. Imbauan untuk tetap di rumah saja membuat masyarakat perkotaan mencoba mengisi waktunya dengan bercocok tanam di lahan sekitar rumah.

Sebenarnya pengertian urban farming adalah pemanfaatan ruang terbuka menjadi lahan hijau untuk menghasilkan produk pertanian. Tren ini sudah mulai ada sejak Perang Dunia II di Amerika.

Para masyarakatnya mengembangkan urban farming dengan menciptakan lahan tumbuh di halaman belakang rumahnya yang disebut Victory Garden atau Kebun Kemenangan.

Upaya tersebut telah berhasil memasok 40% kebutuhan sayuran dan buah ke negara-negera kelaparan kala itu. Sayangnya saat perang dunia berakhir, kebun-kebun itu menjadi nggak terurus dan berhenti menyuplai kebutuhan pangan masyarakat.

Sayuran yang bisa kamu tanam di pekarang rumah antara lain pokcoy, kangkung, bayam, atau terong. (Pexels)

Kini, urban farming kembali diminati masyarakat perkotaan di berbagai negara. Di Indonesia, urban farming menjadi salah satu solusi dari permasalahan turunnya jumlah petani dan kian sempitnya lahan pertanian.

Kamu juga bisa berpartisipasi dalam langkah ini dengan melakukan urban farming di lahan kosong sekitar rumahmu, lo. Agar faktor kegagalannya kian kecil, baiknya perhatikan beberapa hal berikut sebelum memulainya.

Menyiapkan Lahan

Tentukan dulu halaman rumah bagian mana yang akan kamu sulap menjadi area urban farming. Setelah tahu bakal berkebun dimana, kondisikan lahan itu menjadi lahan siap tanam. Caranya yaitu dengan membersihkan tanahnya dari sampah-sampah, menggemburkan tanah, mengeruk tanah, dan memupuknya. Tahapan ini biasanya membutuhkan waktu 16-18 hari.

Mengumpulkan Sampah Rumah Tangga

Salah satu pupuk yang sering digunakan dalam urban farming adalah bokashi, yaitu pupuk dari sisa makanan yang difermentasi. (Getty Images/Karl Tapales)

Nggak perlu mahal-mahal membeli pupuk kimia, pupuk bisa kamu bikin sendiri menggunakan sampah organik dari rumah tangga seperti kulit telur, kulit pisang, kopi, dan daun-daun. Dari sampah-sampah ini kamu bisa membuat bokashi. Bokashi adalah pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik semisal kompos dan pupuk kandang dengan bantuan mikroorganisme pengurai seperti mikroba atau jamur fermentasi.

Tentukan Mau Menanam Apa

Tentukan dulu motivasimu memulai urban farming. Apakah sekadar mengisi waktu luang, menjaga kesehatan fisik dan mental, memanfaatkan lahan kosong atau ingin memperoleh hasil bertani untuk pemenuhan nutrisi?

Tujuan bertani membantumu menentukan jenis tanaman apa yang akan kamu tanam. Beberapa jenis tanaman yang biasanya ditanam di lahan perkotaan adalah sayuran (seperti sawi, kangkung, bayam, pokcoy), buah (seperti tomat, cabai, anggur, mentimun), umbi-umbian (seperti singkong dan ubi), dan rempah-rempah (seperti serai dan jahe).

Pilih Media Tanam

Ada bermacam-macam media tanam antara lain sekam dan arang. (Kampus Tani)

Banyak medium tanam yang bisa kamu pilih saat akan memulai berkebun. Beberapa medium yang sering digunakan adalah sabut kelapa, arang dan sekam. Wadah penanaman juga harus kamu siapkan, misalnya kaleng cat bekas, paralon atau botol bekas.

Nah, setelah menyiapkan hal-hal tadi, kamu sudah siap untuk menyingsingkan lengan baju dan memulai mengayun cangkul ya, Millens. (Sol/IB20/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024

Memahami Stigma Terhadap Perempuan yang Memilih Menikah Lagi Setelah Perceraian

14 Nov 2024

Lakukan Misi Kemanusiaan di Filipina, 10 Kru Heli Dapat Penghargaan Khusus

15 Nov 2024

Dapatkan Promo Pilkada 10 Persen Tiket Kereta Api untuk Keberangkatan 26-28 November 2024!

15 Nov 2024

Suruh Siswa Sujud dan Menggonggong, Ivan Dijerat Pasal Perlindungan Anak

15 Nov 2024

Soto Rem-Bang Gang Kuwera, Andalan Mahasiswa UNY Memadamkan Kelaparan

15 Nov 2024

Berbahaya, Jangan Googling Kata-kata Ini di Internet!

15 Nov 2024

Peluang Timnas Indonesia Melawan Jepang; Masih Ada Asa untuk Mencuri Poin

15 Nov 2024

JOMO, Menemukan Kebahagiaan dengan Melewatkan Hal-Hal yang Nggak Perlu

15 Nov 2024