BerandaHits
Jumat, 11 Apr 2024 06:43

Drama Mudik, Saga Panjang yang Terus Diulang-ulang

Seorang ayah menggendong putranya turun dari KM Dobonsolo di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Momen mudik lebaran sering kali dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Mereka rela menempuh perjalanan panjang untuk bersua sanak keluarga di kampung halaman.

Inibaru.id - Dede Wahyu tampak semringah begitu menjejakkan kakinya di Kota Semarang pada Minggu (7/4/2024) pagi. Perjalanan mudiknya hampir usai. Saat ini, tentu saja dia telah tiba di kampung halaman istrinya yang nggak jauh dari Kota Lunpia.

Dede mudik ke Grobogan yang berjarak sekitar 82 kilometer ke arah barat dari Semarang. Tiap tahun, lelaki 37 tahun itu rutin melakoni aktivitas mudik untuk merayakan Idulfitri. Beruntung, tahun ini dia bisa ikut mudik gratis dengan menumpang kapal KM Dobonsolo dari Jakarta hingga Semarang.

Meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok pada Sabtu (6/4) pukul 16.30 WIB, lelaki asal Banyumas tersebut tiba di Tanjung Emas keesokan harinya. Selanjutnya, dia tinggal menempuh perjalanan sekitar 1-2 jam untuk tiba di Grobogan.

"Sudah tiga kali berturut-turut saya ikut mudik gratis ini," terang Dede yang masih mengenakan helm saat turun dari kapal. "Ini nyaman, sih. Hemat tenaga, irit bensin, dan bisa turut berpartisipasi menekan angka kecelakaan juga."

Para Pesepeda Motor

Seorang ibu nampak semringah mengikuti program mudik gratis di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Dede adalah satu dari sekian banyak pesepeda motor yang mendapat kesempatan mudik gratis dari Ibu Kota via moda laut. Sebelum mengikuti program ini, tiap tahun dia mudik mengendarai sepeda motor. Baru tiga tahun terakhir dia mau menuruti sang istri untuk mudik pakai kapal.

"Semula saya memang nggak mau, tapi istri maksa buat coba ikut mudik gratis. Eh, ternyata enak dan keterusan sampai tiga kali," kelakar lelaki yang mengaku menjadikan mudik sebagai agenda wajib untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga itu sembari menyalakan sepeda motornya.

Seperti Dede, Nur Hidayah yang tinggal bersama keluarga di Tangerang Selatan juga nggak melewatkan tawaran program mudik gratis via moda laut yang mempir kepadanya belum lama ini. Kebetulan, orang tuanya berasal dari Klaten, sebuah kabupaten yang ada di sisi selatan Semarang.

"Mudik itu nggak boleh dilewatkan, apalagi gratis!" guraunya. "Mumpung orang tua masih ada, harus hormat. Bisa sekalian berlibur juga, bernostalgia mengingat masa muda."

Mudik Gratis dari Pemerintah

KM Dobonsolo yang mengangkut para pemudik dari Tanjung Priok sampai Tanjung Emas. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Dalam beberapa tahun terakhir, program mudik gratis telah menjadi agenda tahunan yang digelar sejumlah pihak, mulai lembaga pemerintah hingga perusahaan swasta. Adapun program mudik gratis yang diikuti Dede dan Nur adalah inisiasi PT Pelni.

Perusahaan pelayaran pelat merah ini mengerahkan 59 armada kapal untuk memfasilitasi para pemudik. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Ototitas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Herwanto mengatakan, puncaknya adalah pada Selasa.

"Selasa masih ada lima armada yang akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang," jelasnya, Minggu (7/4).

Lebih lanjut, Herwanto menjelaskan, KM Dobonsolo yang tiba di Pelabuhan Tanjung Emas pada Minggu pukul 09.00 WIB adalah Gelombang Kedua dari program mudik gratis sepeda motor yang bertolak dari Tanjung Priok.

"Ada 2.435 penumpang (yang turun), dengan jumlah sepeda motor 839 unit," imbuhnya.

Mudik dengan Gembira

Seorang pemudik menempelkan sebuah pesan melalui secarik kertas. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Mudik, bagi sebagian besar orang adalah kewajiban. Namun, di sisi lain, aktivitas yang biasa dilakukan menjelang Hari Raya Idulfitri ini adalah kebutuhan yang sekaligus bisa menjadi ajang melepas penat, kerinduan, bahkan berekspresi.

Khusus untuk yang terakhir, hal ini biasanya dipraktikkan oleh para pemotor. Kalau kamu perhatikan, nggak sedikit pemudik yang mengendarai sepeda motor membubuhkan tulisan-tulisan unik di belakang tas atau kendaraan mereka, yang biasa berisi guyonan, keluhan, harapan, bahkan doa.

Salah satunya adalah Tio. Pemudik yang bertolak dari Tangerang menuju Kabupaten Semarang itu menuliskan sepenggal doa di tasnya: Bismillah semoga selamat sampai rumah supaya bisa kumpul dengan keluarga.

"Sengaja saya pilih kalimat itu untuk introspeksi diri sekaligus motivasi kepada pemudik lain. Tujuan utama mudik kan memang itu; bisa bertemu keluarga dalam keadaan selamat," akunya.

Kendati terasa capai dan terpaksa istirahat berkali-kali selama di jalan, Tio mengaku mudik kali ini lebih seru karena bareng teman-teman. Ini tentu menjadi gambaran bahwa drama mudik di Indonesia agaknya akan selalu jadi saga panjang yang nggak bakal usai.

Tentu saja kita berharap cerita yang muncul penuh kebahagiaan, bukan tragedi yang memakan banyak korban. Selamat mudik semuanya! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT