BerandaHits
Kamis, 30 Okt 2019 11:30

Di Balik Kecantikan Kuteks, Ada Ancaman Bahaya bagi Kuku Cantikmu

Ilustrasi memakai kuteks. (Haibunda)

Kuteks termasuk salah satu produk kecantikan yang banyak digandrungi perempuan. Meski bisa menunjang kukumu agar terlihat cantik, kuteks mengandung bahan kimia berbahaya, lo.

Inibaru.id – Nggak hanya terfokus pada wajah dan tubuh, kuku-kuku jari juga nggak boleh luput untuk dipercantik. Sejumlah orang biasanya akan mengenakan kuteks di kukunya agar terlihat lebih cantik. Namun, kebiasaan memakai kuteks ini memiliki dampak kesehatan yang cukup berisiko karena bahan kimia yang terkandung di dalam kutek cukup berbahaya.

Fakta tersebut diangkapkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan The Environmental Working Group (EWG) dan Duke University. Dalam penelitian tersebut, dikatakan kuteks mengandung bahan kimia berbahaya yang disebut triphenyl phopshte atau TPHP. Zat ini biasa digunakan untuk membuat plastik dan berfungsi menghambat api dalam furnitur busa.

Pada hewan, TPHP ini dapat mengganggu proses reproduksi dan perkembangan. Selain itu, zat tersebut juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan dan obesitas. Meski demikian, perusahaan kosmetik tetap menggunakannya karena zat tersebut membuat kuteks lebih awet.

Seperti ditulis laman Kompas (7/7/2018), peneliti menguji urine dari 26 perempuan sebelum dan sesudah menggunakan kuteks. Peneliti kemudian mencari Diphenyl Posphate (DPHP), zat kimia yang dibuat tubuh ketika memetabolisme TPHP.

Penelitian tersebut menghasilkan fakta kalau 2 hingga 6 jam setelah memoles kuteks, urine 24 dari 26 perempuan mengandung DPHP yang lebih tinggi dibanding sebelum menggunakan kuteks.

"Hal itu merupakan masalah yang serius, cat kuku yang dijual kepada wanita dan remaja ternyata mengandung bahan kimia endokrin yang berbahaya. Ini bahkan lebih mengagetkan ketika mengetahui dan menemukan bahwa tubuh mereka menyerap bahan berbahaya itu dengan cepat setelah mengoleskan kuteks pada kuku," ucap Johanna Congleton, salah satu peneliti senior di EWG.

Selain itu, para peneliti melakukan tes pada 10 produk pewarna kuku untuk mengetahui kandungan TPHP dalam produk. Dari pengujian itu, ditemukan 8 dari 10 produk mengandung TPHP. Menurut data dari Skin Deep Cosmetic EWG, lebih dari 1.500 produk pewarna kuku mengandung TPHP. Studi laboratorium sebelumnya juga menunjukkan TPHP menyebabkan gangguan endokrin.

Duh, bahaya juga ya, Millens. Hati-hati ya kalau mau pakai kuteks! (IB07/E04)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024