BerandaHits
Kamis, 16 Apr 2025 18:12

Brand Mewah Dipertanyakan; Masih Layakkah Jadi Investasi Setelah Dibongkar Tiongkok?

Ilustrasi perang dagang AS-Tiongkok. (via Sindonewws)

Transparansi ini mengguncang persepsi konsumen dan menantang eksklusivitas yang selama ini menjadi kekuatan utama brand-brand ternama.

Inibaru.id - Di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, sebuah langkah tak terduga dilakukan oleh Tiongkok: membocorkan detail proses produksi sejumlah produk high-end yang selama ini dibuat di negara tersebut. Dari jam tangan mewah hingga tas desainer ternama, Tiongkok menyebut bahwa harga asli dari barang-barang tersebut sebenarnya jauh lebih rendah dibandingkan harga jualnya yang selangit.

Langkah ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tetapi juga strategi psikologis yang memukul keras fondasi "nilai" dari barang-barang mewah global. Selama ini, produk-produk luxury dibungkus dengan narasi eksklusivitas, craftsmanship tinggi, dan sejarah panjang merek —semuanya yang dianggap membenarkan harga fantastisnya.

Tapi ketika data menunjukkan bahwa sebagian besar proses produksinya berlangsung di pabrik-pabrik Tiongkok dengan biaya yang efisien, narasi tersebut mulai goyah.

Hal ini memunculkan perdebatan baru: masih layakkah brand mewah dianggap sebagai bentuk investasi?

Antara Prestige dan Nilai Sebenarnya

Di media sosial ramai perihal klaim bahwa merek-merek mahal terkenal aslinya nggak semahal itu. dan dibuat di Tiongkok. (via CNBC)

Di mata banyak orang, membeli barang mewah bukan hanya soal gaya hidup, tapi juga investasi jangka panjang. Tas-tas ikonis seperti Hermès Birkin atau jam tangan Rolex dianggap memiliki nilai jual kembali yang tinggi, bahkan bisa naik seiring waktu. Tapi jika persepsi terhadap keasliannya digoyang, dan konsumen mulai mempertanyakan margin keuntungan yang begitu besar dibandingkan biaya produksi, maka kepercayaan pasar bisa runtuh.

Brand mewah selama ini bertumpu pada kelangkaan dan citra eksklusif. Jika masyarakat mulai melihat bahwa "yang mahal belum tentu sepadan," maka eksklusivitas itu kehilangan bobotnya. Akibatnya, barang-barang tersebut tak lagi dipandang sebagai aset bernilai, melainkan hanya konsumsi belaka.

Tiongkok Menekan Titik Lengah Industri Global

Langkah Tiongkok ini bisa dibaca sebagai bentuk balasan terhadap dominasi merek-merek Barat yang selama ini menancapkan nilai ekonomi tinggi di pasar global, padahal proses produksinya banyak bergantung pada tenaga kerja dan infrastruktur Tiongkok. Dengan membuka tabir itu, Tiongkok menggeser narasi: dari kebanggaan akan kepemilikan barang mewah menjadi pertanyaan kritis soal keadilan harga.

Apa Dampaknya Bagi Konsumen?

Bagi konsumen, terutama generasi muda yang mulai kritis terhadap nilai, keberlanjutan, dan transparansi merek, hal ini bisa menjadi momen refleksi. Brand-brand yang tidak mampu membuktikan nilai tambah dari harga tinggi mereka mungkin akan kehilangan pasar. Sementara itu, merek yang berani transparan, lokal, dan berkelanjutan bisa naik daun.

Investasi atau Ilusi?

Jika melihat dari perspektif saat ini, brand mewah mungkin nggak lagi sekuat dulu sebagai bentuk investasi. Nilainya sangat tergantung pada persepsi publik, bukan pada nilai intrinsik barang itu sendiri. Dan ketika persepsi itu diganggu dengan langkah Tiongkok, maka statusnya sebagai aset juga ikut dipertanyakan.

Jadi, jika kamu membeli barang mewah hari ini, pastikan alasannya jelas: apakah karena ingin pamer status, menikmati kualitas, atau berharap menjualnya kembali dengan harga tinggi? Karena setelah ini, brand mewah mungkin harus bekerja dua kali lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka memang layak disebut investasi.

Hm, setelah semua kejadian ini kamu bakal tetap pengin beli barang-barang branded luar negeri, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: