BerandaHits
Rabu, 1 Jan 2019 09:12

Selalu Meriah, Begini Sejarah Panjang Perayaan Tahun Baru

Tahun Baru kerap dirayakan dengan menyalakan kembang api. (Media Indonesia/Galih Pradipta)

Momen pergantian tahun merupakan perayaan besar yang dilakukan hampir seluruh warga di dunia. Namun, tahukah kamu tentang asal usul tahun baru? Yuk simak artikel berikut ini!

Inibaru.id – Setiap 31 Desember, masyarakat di seluruh dunia selalu merayakan pesta pergantian tahun. Mereka merayakannya dengan berbagai acara mulai dari pertunjukan seni, pesta, hingga pentas kembang api. Beberapa di antaranya juga punya tradisi khusus untuk menyambut Tahun Baru.

Perayaan ini rupanya budaya mancanegara yang terlah ada berabad-abad silam. Pesta Tahun Baru ini diresmikan Paus Gregory XII pada 1582. Kendati begitu, perayaan Tahun Baru itu sudah dimulai pada zaman Sebelum Masehi (SM).

Kerajaan Babilonia adalah kerajaan yang mengawali tradisi ini pada 1696-1654 SM. Saat itu, manusia baru saja mengenal penanggalan. Mereka membuat penanggalan berdasarkan vernal equinox atau perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptikal.

Berdasarkan penanggalan tersebut, bulan pertama jatuh pada Maret. Mereka pun merayakan Tahun Baru pada Maret. Detik.com (1/1/2018) menulis, perayaan itu juga bertujuan menyambut datangnya musim semi. Saat itu pula Raja Babilonia mendapatkan mahkota baru.

Warga Babilonia merayakan Tahun Baru dengan menggelar festival bernama Akitu (padi-padian) yang biasanya diadakan selama 11 hari dengan beragam ritual. Bagi mereka, perayaan Tahun Baru adalah kemenangan Dewa Langit Marduk melawan Dewi Laut yang jahat yakni Dewi Tiamat.

Sementara itu, Kerajaan Romawi menentukan penanggalan berdasarkan siklus matahari. Pendiri Roma Romulus awalnya menerapkan penanggalan yang terdiri atas 10 bulan yang berjumlah 304 hari. Pada abad ke-8, Numa Pompilius kemudian menambahkan dua bulan yakni Januarius dan Februarius.

Karena dianggap belum sempurna, Kaisar Romawi saat itu Julius Caesar menyempurnakan penanggalan setelah berkonsultasi dengan ahli astronomi dan matematika.

Julius Caesar kemudian mengubah penanggalan Romawi ini dengan menambah 90 hari. Penanggalan itu kemudian dinamakan Kalender Julian. Dia menamai bulan pertama pada penanggalan itu dengan Janus. Nama tersebut terinspirasi dari dewa Romawi yang memiliki dua muka sehingga bisa menghadap ke depan dan belakang. Wajah yang menghadap ke belakang dinilai sebagai penggambaran masa lalu dan wajah hadap depan sebagai simbol masa depan.

Bangsa Romawi memperingati Tahun Baru dengan berbagai pengorbanan kepada Janus yakni dengan bertukar hadiah, mendekorasi rumah, dan mengunjungi beberapa pesta dengan menyalakan kembang api. Mereka juga membuat api unggun serta bergandengan tangan mengitarinya sekaligus membunyikan lonceng dan meniup terompet.

Pada 1582, kalender buatan Julius Caesar kembali disempurnakan. Nama penanggalan itu kemudian diganti dengan kalender Gregorian. Kalender ini dibuat seorang matematikawan dan astronom asal Jerman Christopher Clavius. Kalender itulah yang meluruskan Tahun Baru dirayakan pada 1 Januari. 

Nama Gregorian ini didasarkan pada nama pemimpin umat Katolik ketika itu, yakni Paus Gregory XIII. Paus itulah yang meresmikan penggunaan kalender Gregorian pada Oktober 1582 dan beberapa negara menyepakati penggunaannya. Hingga saat ini, tradisi tersebut mendunia dan selalu dirayakan hampir semua orang setiap tahun. Penanggalan tersebut yang kemudian dikenal dengan kalender Masehi.

Kendati begitu, ada beberapa golongan yang memiliki penanggalan sendiri seperti masyarakat Tionghoa dan Islam. Tiongkok menentukan Tahun Baru pada bulan kedua saat titik balik Matahari setelah musim gugur. Sementara itu, Islam menentukan penanggalan dari masa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Mereka membuat perhitungan berdasarkan peredaran bulan yang bernama kalender Hijriah. Kelender ini berbeda dengan kalender Masehi.

Hm, cukup panjang ya sejarahnya. Sobat Millens biasanya ngapain sih waktu pergantian tahun? (IB07/E04)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: