Inibaru.id – Minat orang Indonesia untuk melakukan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci memang cukup tinggi. Nah, belakangan, muncul kabar bahwa Arab Saudi membolehkan siapa saja umrah dengan visa turis. Hal ini tentu memberikan kesempatan lebih besar bagi siapa saja yang pengin melihat Kakbah secara langsung, bukan?
Kabar ini diungkap oleh sejumlah media Timur Tengah, termasuk Gulf. Selain visa turis, Kementerian Haji dan Umrah Saudi memastikan kalau jemaah bisa datang dan menjalankan umrah meski hanya memiliki visa tenaga kerja, pariwisata, hingga visa kunjungan. Artinya, kalau ada orang yang pengin melakukan umrah backpacker, nggak perlu lagi deh ribet mengurus visa umrah.
Menurut informasi yang diungkap Cnn, Selasa (27/4), kamu bisa mengajukan visa turis Arab Saudi ke Kementerian Pariwisata negara tersebut ata ke situs visa.visitsaudi.com. Di situ, kamu bisa mendapatkan visa turis yang bisa dipakai untuk beberapa kali asalkan nggak melebihi rentang waktu 365 hari alias satu tahun. Visa ini juga membolehkanmu tinggal di Arab Saudi paling lama 90 hari. Kamu juga bisa lo datang ke negara tersebut tanpa mahram hanya dengan bermodal visa jenis ini.
Visa turis jelas lebih murah dari visa umrah. Tapi, nggak punya jaminan slot Radhah, Muassasah, dan Umrah. Kalau pakai visa umrah yang hanya membuat pemiliknya bisa tinggal di Arab Saudi selama 30 hari, sudah ada jaminan mendapatkan slot tersebut.
Jika Arab Saudi membuka seluas-luasnya kesempatan bagi siapa saja untuk datang dan beribadah umrah meski nggak memakai visa umrah, mengapa Indonesia justru bersikukuh tetap mewajibkan orang-orang yang pengin umrah di sana harus memakai visa umrah? Kalau soal ini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas punya alasannya.
“Umrah itu beda dengan saat kita pergi ke Jepang, Eropa, atau Amerika. Ada aturan yang harus dipenuhi. Banyak umat Islam yang nggak tahu aturan apa saja saat umrah yang harus diperhatikan. Jadi, orang-orang yang pengin melakukannya perlu pembimbing umrah,” ungkap Yaqut.
Selain karena alasan itu, ada alasan lain yang membuat pemerintah lebih suka memakai sistem pemberangkatan umrah yang selama ini berlaku di sini, yaitu biro-biro travel professional dan berpengalaman mampu memudahkan jemaah mendapatkan penginapan, transportasi, hingga kuliner yang sesuai dengan kebutuhan orang Indonesia sat beribadah.
“Dari berbagai hal-hal itulah, sebaiknya umrah backpacker dihindari. Dengan memakai biro umrah, ibadah umrah justru bisa dilakukan dengan lebih baik,” pungkasnya.
Bisa dimengerti ya alasan Kemenag yang nggak merekomendasikan umrah backpacker dan terus memakai biro-biro travel untuk jemaah umrah Indonesia. Tapi, mengingat Arab Saudi sudah memberlakukan aturan yang lebih longgar, apakah kamu bakal tertarik untuk menjalankan umrah backpacker di kemudian hari, Millens? (Arie Widodo/E05)