BerandaHits
Rabu, 14 Nov 2017 14:32

173 Pahlawan Nasional Masih Kurang untuk Indonesia

Presiden Joko Widodo memimpin langsung upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada empat tokoh, yakni Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid asal Nusa Tenggara Barat, Laksamana Malahayati dari Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepu

Kendati menjadi negara dengan jumlah Pahlawan Nasional terbesar di dunia, JJ Rizal merasa itu tidak cukup. Kenapa?

Inibaru.id – Indonesia memiliki daftar panjang usulan calon pahlawan nasional yang belum disetujui. Padahal, sejarawan Indonesia JJ Rizal mengemukakan, negeri ini sudah memiliki 173 pahlawan nasional saat ini. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak daripada negara lain.

Dilansir dari Antara, Senin (13/11/2017), pernyataan itu disampaikannya dalam diskusi “Pahlawan Zaman Now” yang berlangsung di Gedung MPR RI, Jakarta, Senin (13/11).

Baca juga: Lewat Gala Siswa, Anak-Anak Indonesia Bisa Bermimpi untuk Bertanding di Piala Dunia

“Pahlawan sebanyak itu masih kurang lantaran masih banyak usulan yang belum diiyakan,” ungkapnya.

Sejarawan dari Universitas Indonesia itu menambahkan, aspek yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional, tapi sulit mencari pemimpin yang berperilaku pahlawan dan memberi keteladanan.

Sementara, Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Bambang Sadono mengatakan, pahlawan saat ini adalah tokoh-tokoh yang sepatutnya menjadi teladan masyarakat. Misalnya berperilaku sosial, mengutamakan kepentingan umum, jujur, tidak korupsi dan komitmen terhadap NKRI.

Bangsa Indonesia, kata dia, membutuhkan tokoh berperilaku pahlawan yang memberikan teladan, yakni bersikap jujur dan mengutamakan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan diri sendiri dan kelompok.

Baca juga: Menuju Format Terbaik Piala Citra

"Namun saat ini, sangat sulit menemukan tokoh dan pimpinan berperilaku pahlawan, karena kejujuran dan jiwa sosial makin sulit dicari," tuturnya.

Menurut dia, saat terjadi pergeseran nilai-nilai moral.

“Dari yang berjiwa sosial menjadi berperilaku mengutamakan kepentingan diri sendiri dan kelompok,” ungkapnya.

Pergeseran nilai-nilai moral tersebut, tambahnya, misalnya dengan banyaknya kasus kepala daerah yang tersangkut persoalan hukum. (GIL/IP)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024